Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan sebanyak 96 penyu lekang (Lepidochelys olivacea) di Kampung Yewena, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua.
Kepala BBKSDA Papua, Edward Sembiring, seperti dalam pres rilis yang diterima Jubi di Jayapura, Minggu (5/9/2021), mengatakan selain pelepasliaran puluhan penyu lekang, Jumat (3/9/2021) itu, pihaknya pada saat yang sama meresmikan Desa Binaan Konservasi Marekisi Nung, wilayah kerja Resort Tepera YewenaYosu Cagar Alam Pegunungan Cycloop.
Sembiring bahkan memberikan apresiasi kepada masyarakat Kampung Yewena atas upaya mereka dalam melestarikan penyu lekang.
“Kampung Yewena punya peran penting sebagai salah satu kampung di kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop,” ujar Edward Sembiring.
Menurut Sembiring, kegiatan penyelamatan penyu ini bisa menjadi salah satu daya tarik wisata minat khusus. Apalagi pelopornya adalah masyarakat setempat.
“Saya pikir ini bisa menjadi contoh yang sangatbaik bagi kita semua, tentang konservasi alam. Kesadaran menjaga danmelestarikan alam beserta seluruh isinya sangat penting kita tumbuhkan, sebabini adalah tugas mahamulia dalam pandangan saya,” kata Sembiring.
Disebutkan, penyu lekang termasuk jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLKH/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Sementara dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN,penyu lekang berstatus Vulnerable/VU (rentan) dengan tren populasi yangmenurun. Di sisi lain, penyu lekang termasuk dalam Appendix I CITES, artinyatidak ada pemanfaatan kecuali untuk hasil penangkaran teregister di CITESSecretariat.
Upaya pelestarian penyu lekang di Kampung Yewena dimulai sejak tahun 1995 oleh Karel Indey, salah satu warga kampung itu. Pasalnya Indey merasa iba melihat penyu-penyu dan puluhan atau bahkan ratusan telurnya dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
Ia kemudian meminta tiga butir telur dari masyarakat dan mencoba menetaskannya. Ketika itu, Karel Indey ingin tahu apakah telur penyu dapat menetas setelah dipindahkan dari liang tempat induknya bertelur. Ia pun membawanya ke rumah. Tak disangka, tiga butir telur itu menetas, menjadi tiga tukik yang mungil dan sehat.
Sejak itu Karel Indey rutin menetaskan telur penyu setiap musim, yang dominan adalah jenis penyu lekang. Bertahun-tahun Karel Indey melestarikan penyu lekang seorang diri, dan melepasliarkannya dengan sederhana.
Kecintaannya terhadap penyu kian bertambah seiring waktu. Kesadaran Karel Indey melestarikan penyu diwariskan kepada anaknya, Andarias Indey, yang telah lulus menempuh jenjang pendidikan strata satu dan menyandang gelar Sarjana Kelautan.
Andarias berperan penting dalam pelestarian penyu di Kampung Yewena yang telah dirintis sang bapak lebih dari dua puluh tahun silam. Kini Andarias Indey menjadi Ketua Kelompok Desa Binaan Konservasi Marekisi Nung. Dia membidani 19 orang anggotanya, yang fokus pada pelestarian penyu lekang.
“Kini masyarakat di kampung telah memiliki kesadaran untuk melestarikan penyu lekang. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan mereka dalam penyelamatan telur penyu untuk ditetaskan,” kata Andarias Indey.
Baca juga: BBKSDA Papua lepas 17 satwa endemik Papua di Mimika
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, mengatakan para pelestari penyu lekang di Kampung Yewena tentu orang-orang hebat, yang dengan ikhlas mendedikasikan hidupnya kepada pelestarian alam.
“Mereka adalah local champion yang inspiratif dan harus kita beri apresiasi. Mudah-mudahan akan banyak muncul local champion yang lain. Terima kasih, Pak Karel Indey,” kata Wiratno. (*)
Editor: Dewi Wulandari