Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan rusa bukan binatang endemik bumi cenderawasih. Hal itu dibuktikan dengan rusa yang ada di Papua jenis rusa timor atau Cervus timorensis. Meski diakui rusa banyak terdapat di Papua dan menjadi hewan buruan di sana.
“Rusa timorensis merupakan jenis rusa tropis dengan bobot 40 sampai 120 kilogram dengan tinggi 91 hingga 102 sentimeter,” kata Hari Suroso, dikutip tempo.co
Baca juga : Hewan ternak milik warga ini diduga dimangsa harimau
Tanah Kami, Mama Kami – Perspektif Teologis tentang Sumber Kehidupan Orang Papua
Dari belasan pisang asli Papua, jenis Musa Ingens sulit dibudidayakan
Menurut Hari, rusa timorensis bisa sampai di tanah Papua peran Belanda yang pertama kali mendatangkan rusa pada 1928. Pada masa itu, pamor rusa sedang bagus. Rusa adalah hewan peliharaan yang lazim berkeliaran di halaman rumah pegawai Belanda dan guru.
“Dalam perkembangannya, rusa berkembang biak dengan pesat. Pemerintah Kolonial Belanda kemudian melepaskan rusa ke savana di sekitar Kota Merauke. Kawanan rusa mampu beradaptasi dengan baik di sana dan populasinya kian bertambah,” kata Hari menjelaskan.
Menurut dia, kala itu Belanda membolehkan rusa untuk diburu secara terbatas. Aturannya, rusa hanya boleh diburu satu tahun sekali, yaitu pada bulan Desember menjelang Natal. Itu pun yang boleh diburu adalah rusa tua dan tidak produktif.
Rusa pertama kali dilepaskan di Merauke, satwa itu kemudian berkembang luas ke seluruh wilayah Papua, terutama di savana dan hutan yang pohonnya tidak terlalu rapat. Populasi rusa yang cepat ini juga lantaran tidak ada karnivora besar seperti harimau sebagai pemangsa. Satu-satunya karnivora di Papua adalah quoll, itupun hanya sebesar tikus rumah.
Selain ke Merauke, Pemerintah Kolonial Belanda juga mengirimkan rusa Cervus timorensis ke Papua Nugini pada 1900, ke Australia tahun 1868 hingga 1912, dan Selandia Baru pada 1907. Rusa dapat dipelihara seperti kambing dan sapi.
Banyaknya populasi rusa di timorensis di Papua disebabkan jenis binantang itu umumnya bunting selama delapan bulan, dengan jumlah kelahiran satu ekor anak. Penyapihan oleh induk rusa pada anak rusa pada umur 6 sampai 8 bulan.
“Rusa timorensis dewasa siap bereproduksi pada umur 18 sampai 24 bulan. Rusa timorensis dapat hidup hingga 15 – 20 tahun,” kata Hari menjelaskan.
Rusa timorensis memiliki bulu coklat dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Rusa jantan berukuran lebih besar daripada rusa betina.
Rusa jantan mempunyai tanduk atau ranggah bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak rusa jantan umur 8 bulan. Rusa jantan dewasa memiliki ranggah tiga ujung runcing. Rusa timorensis memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Rusa timorensis memakan rumput, perdu, dedaunan muda, dan buah-buahan yang jatuh.
Rusa timorensis pada habitat liarnya hidup berkelompok, beraktivitas pada siang hari (diurnal) atau pada malam hari (nokturnal). Saat mencari makan, rusa timorensis kerap mencari sumber mineral alami, baik di kubangan lumpur atau kubangan air di tepi pantai.
Rusa yang diburu oleh masyarakat Papua diolah menjadi berbagai sajian kuliner. Salah satu oleh-oleh khas dari Merauke, Papua adalah dendeng rusa. Ada pula daging rusa yang diolah menjadi bakso. “Namanya ya bakso rusa. Sebab itu Merauke dikenal juga sebagai Kota Rusa,”katanya. (*)
Editor : Edi Faisol