Amos Yeninar, anak muda pendiri rumah singgah untuk anak putus sekolah

Amos Yeninar (pegang gitar) bersama anak binaan di suatu tempat – Ist

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Nabire, Jubi – Amos Yeninar, lelaki lulusan strata satu dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Uncen Jayapura. mendirikan sebuah lembaga bernama Yayasan Siloam Papua. Yayasan ini untuk menampung, mendidik, dan membina generasi penerus orang asli Papua .

Read More

Menurut Amos Yaninar, pelayanan terhadap anak-anak muda di Kabupaten Nabire, yang masih punya harapan kehidupan yang masih panjang ini. Ia memulai pelayanan ini secara suka rela. Sepenuh hati.

“Saya mulai dekati anak-anak putus sekolah itu sejak tahun 2014 lalu. Sejak mulai pelayanan ini pada tahun 2017 lalu hingga sudah masuk tahun 2020 saya relakan kehilangan segalanya, termasuk tawaran menjadi pejabat di kampung halamanku, Kabupaten Supiori,” ujarnya kepada Jubi, Jumat, (14/2/2020).

Pertengahan tahun 2018, ia muncul pikiran untuk mengurus sebuah badan hukum demi mengantisipasi jika suatu saat dibutuhkan. Lalu ada orang yang berikan bantuan berupa uang. Itulah yang dia manfaatkan mengurus administrasi. Hingga lahirlah “Yayasan Siloam Papua”

“Setelah ada yayasan ini, saat itu saya sangat membutuhkan sejumlah orang yang sejiwa denganku. Mereka yang benar-benar punya hati dan ingin habiskan hidupnya bersama anak-anak di jalanan tanpa mengharapkan imbalan yang lebih. Saya pegang teguh komitmen awal. Ia yakini dengan visi yang telah diberikan Allah kepadanya demi menyelamatkan generasi muda yang sudah terlanjur masuk dalam hal-hal yang tidak terpuji,” ujarnya.

Amos menjalankan tugasnya sebagai pelayan bagi anak-anak generasi emas ini dipusatkan di gedung PKK lama, Oyehe yang ia sebut sebagai ‘rumah singgah.’ Ia sebut rumah singgah karena, anak-anak asuhnya hanya bisa datang dan singgah pada jam tertentu saja.

“Contohnya, anak-anak akan datang ke rumah singgah pada jam 18.00 sore hingga kadang mereka datang jam 02.00 dini hari. Mereka datang tidak menentu jamnya,” katanya.

“Awal mula saya dirikan itu ketika menjadi pengojek. Jadi hasil yang saya dapat dari ojek itu, malam hari saya beli makan lalu biasa makan bersama dengan mereka (anak-anak). Lama kelamaan, mereka semakin akrab dengan saya. Dan, biasa berdoa bersama dengan mereka di jalan-jalan atau dimana saja saya ketemu mereka,” ucapnya.

Anak-anak yang dibina melebihi batas,mereka berasal dari Nabire, Paniai, Deiyai, Dogiyai, dan Intan Jaya. Sehingga selama ini pihaknya melakukan pembinaan dengan cara melatih berdoa, dan hidup yang sehat.

“Anak-anak yang kami bina 100 lebih orang. Mereka ini sudah putusan sekolah, korban lem aibon, perokok dan sejenisnya,” kata dia.

Philemon Keiya, kordinator Komunitas Enaimo Nabire (KENA) mengatakan, dalam pelayanannya, Amos Yeninar tidak sendirian. Ada banyak yang telah menjadi rekan atau mitra untuk dirinya. Mitra itu datang atas nama pribadi, komunitas, gereja, dan lainnya.

“Kami sebagai mitra jalanan membuat pelayanan yang dijalankan Amos Yeninar kebanyakan di jalanan. Melalui kami, Amos bisa mengenal hal lain,” katanya. (*)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply