Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Era 1990-an media massa di Kota Jayapura yang terkenal sangat kritis terhadap pembangunan di Tanah Papua adalah Tifa Irian, sebuah media peninggalan zaman penjajahan Belanda milik misi Katolik. Media alternatif Kabar dari Kampung pelopor jurnalisme kampung milik Yayasan Pembangunan Masyarakat Desa atau disingkat YPMD Papua.
Waktu itu tercatat dua penulis belia, pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Bhakti, Markus You, sekarang redaktur Suara Papua.com, dan Marcel Douw ,mantan jurnalis Tifa Papua dan Timika Pos, pelajar Sekolah Menengah Agama Katolik di Waena, Kota Jayapura.
Kedua pelajar ini ikut pula menulis di Buletin Kabar dari Kampung (KdK) bersama mendiang Pastor Neles Tebay, Pastor John Djonga, Pastor Sinawil, dan Yan Hambur serta Kristian Ansaka, mantan redaktur pelaksana Bulletin Kabar dari Kampung (KdK).
“Saya teringat pertama kali belajar menulis dan ikut pelatihan jurnalis kampung bersama Kabar dari Kampung bersama George Aditjondro (alm) dan Aristides Katopo,“ kata Christian Warinussy, saat menghadiri ulang tahun ke-36 tahun YPMD-Papua di Kantor YPMP, Jalan Jeruk Nipis, Furia, Kotaraja, Kota Jayapura, Selasa (8/12/2020).
Lebih lanjut, kata Warinussy, usai mengikuti pelatihan jurnalis kampung, dirinya sempat menjadi wartawan Cenderawasih Pos dan selanjutnya ditugaskan ke Manokwari hingga akhirnya menetap hingga mendirikan Lembaga, Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari.
“YPMD adalah perintis lembaga LSM di Papua, mulai dari Lembaga Bantuan Hukum, Elsham Papua bersama gereja Katolik dan GKI di Tanah Papua,“ kata Warinussy.
Hal senada dikatakan Abner Mansay, Sekretaris Foker LSM Papua, saat memberikan kesan dan pesan dalam ulang tahun YPMD ke-36 pada 8 Desember 2020.
Adalah Dr George Junus Aditjondro, mantan jurnalis majalah Tempo, yang pertama kali mengembangkan jurnalistik kampung di Papua sejak 1984 dengan menerbitkan buletin Kabar dari Kampung (KdK).
George Aditjondro yang meninggal pada 10 Desember 2016, banyak pula memberikan tips dalam menulis berita dari kampung, antara lain setiap aktivis LSM YPMD pulang dari lapangan atau kampung harus menggambarkan lokasi peliputan terutama jarak dari kota ke kampung lengkap dengan peta-peta.
Selain memberikan pelatihan jurnalis kampung dan penerbitan buletin KdK, YPMD juga membangun saluran air bersih dan pengembangan kapasitas masyarakat di kampung di era 1980-an hingga 1990-an.
Kepada Jubi saat berkunjung ke Papua, mendiang Aditjondro mengatakan tidak semua orang atau pembaca mengetahui lokasi perjalanan jurnalistik terutama di daerah terpencil, sehingga dalam penulisan harus dilengkapi pula dengan peta lokasi maupun gambar atau foto sebagai pelengkap.
Sebelum mendirikan YPMD, Ir August Rumansara dan mendiang George juga membangun gerakan masyarakat sipil di Papua era 1980-an yang membentuk Kelompok Kerja Ouikemene (KKO). Kelompok ini merupakan bentuk kerja sama antara Badan Kerja Gereja Katholik melalui Delsos dan Gereja Kristen Papua (GKI) di Tanah Papua.
Kemudian KKO ini berkembang lagi menjadi Irja DISC atau Irian Jaya Development Information Service Center (DISC) dan menerbitkan buletin yang diberi nama Berita Pembangunan Desa (BPD). Bahkan Arnold Ap memberikan saran agar bahasa yang digunakan dalam penerbitan buletin harus memakai bahasa yang merakyat sehingga masyarakat mengerti.
“Logo Irja Disc merupakan hasil disain dari Arnold Ap,” kata George J Aditjondro, kala itu.
Karena artikel-artikel yang diterbitkan di Irja DISC melalui buletinnya begitu keras dalam mengeritik pemerintah sehingga Irja DISC membentuk Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa (YPMD) untuk memberikan ruang bagi keterlibatan semua pihak, bukan hanya gereja saja.
YPMD lahir pada 8 Desember 1984 dan menerbitkan buletin yang dinamakan Kabar dari Kampung (KdK). Terbitan Kdk ini menggunakan bahasa Indonesia versi Papua yang cukup sederhana dan dimengerti oleh semua pihak. Sejak tahun 1984 hingga tahun 1998 Kabar dari Kampung (KdK) masih terbit.
Direktur YPMD, Decky Rumaropen, menjelaskan ide membuat buletin Kabar dari Kampung muncul saat berkunjung ke PNG. Di sana ada media bagi masyarakat di PNG bernama Lik-lik buk yang bercerita tentang masyarakat kampung di PNG.
Lahirnya YPMD diikuti pula dengan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum (LBH)-Papua dengan direktur pertama Bambang Widjayanto, mantan anggota KPK, yang saat itu langsung mendampingi Dr Tom Wanggai, tokoh Bintang 14 dalam sidang makar di Pengadilan Negeri Kota Jayapura, tahun 1988. (*)
Editor: Dewi Wulandari