Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Memasuki 166 tahun pekabaran Injil (5 Februari 1855 – 5 Februari 2021) di Tanah Papua tetapi nilai-nilai Injili tidak terpatri dalam kehidupan rumah rumah tangga. Menjadi sangat tidak cocok ketika angka perceraian di Kota Jayapura sangat tinggi.
“Saya pernah melakukan penelitian sejak 2012 ke atas 2013 dan selanjutnya. Angka perceraian di pengadilan sangat tinggi untuk warga GKI. Sangat tinggi dan setiap tahun terus bertambah. Padahal Injil itu sudah ratusan tahun, dimanakah kasih karena Injil itu,” kata Ketua Klasis GKI Port Numbay di Kota Jayapura, Pdt Hein Carlos Mano, dalam sambutannya di GKI Paulus Dok V Kota Jayapura, Jumat (5/2/2021) pagi.
Lebih lanjut Mano menambahkan ternyata bukan angka perceraian saja yang tinggi tetapi juga angka kematian. Bahkan bukan hanya itu saja, kata Mano, kasus penyalahgunaan narkoba dan kasus kekerasan dalam rumah tangga di Kota Jayapura juga semakin meningkat.
“Saya pernah berdiskusi dengan Wakil Wali Kota Jayapura, setiap hari di Kota Jayapura ada lima sampai enam orang meninggal dan kuburan hampir penuh. Kebanyakan yang meninggal itu juga warga GKI,”kata Mano.
Oleh karena itu, kata Mano, seluruh warga Jemaat GKI Paulus adalah orang-orang yang sudah percaya dan bagaimana terus memberitakan Injil itu agar terus terpelihara baik dalam keluarga, tetangga, dan tempat kerja.
“Nyatakanlah Injil dalam kehidupanmu, baik pribadi dan keluarga. Injil adalah berita suka cita atau Euangelion dalam bahasa Yunani,” kata Mano mengingatkan.
Baca juga: Fragmen warnai perayaan HUT ke-166 masuknya Injil di Tanah Papua
Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat GKI Paulus Dok V, Pdt Lukius Matui, dalam khotbahnya mengutip Kitab Perjanjian Baru, II Timotius 4: 1-5 berjudul Penuhilan panggilan pelayananmu.
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil, dan tunaikanlah tugas pelayananmu,” kata Matui, dalam mengutip ayat dalam firman Tuhan yang disampaikannya kepada warga jemaat, baik melalui live streaming maupun yang ikut ibadah sesuai dengan protokol kesehatan.
Lebih lanjut kata Matui, janganlah sekali kali melupakan panggilan sebagai undangan kepada sekelompok ditempatkan sebagai aktivitas pelayanan, ketaatan dan pelayanan diri, dan penuhilah panggilanmu.
Oleh karena itu, kata Matui, ada beberapa hal penting harus konsisten dalam panggilan untuk memberitakan Injil. Beritakan Injil bukan sekadar tugas tetapi hak untuk memberitakan berdasarkan kuasa Tuhan, dan ke depan memang ada banyak tantangan yang akan dihadapi.
“166 tahun Injil di Tanah Papua bukan waktu pendek. Kedua rasul Papua Ottow dan Geisller mengabarkan Injil dan itu adalah hak kita dan kekuatan kita. Kita tidak lagi menjadi subyek tetapi obyek dan Injil telah mengubah paradigma dan tidak rasis,” pungkas Pdt Matui. (*)
Editor: Dewi Wulandari