Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,
Jayapura, Jubi – Bakal Calon Bupati Jayapura, Yanni, SH menanggapi penolakan dirinya oleh sekelompok orang ketika mendaftarkan diri ke KPUD Kabupaten Jayapura, pekan lalu.
Ketua DPD Gerindra Papua itu mengatakan, dalam UU Otsus hanya gubernur dan wakil gubernur yang harus orang asli Papua. Untuk posisi bupati/wali kota tak diatur.
"Saya bisa pahami emosional dari saudara kita asli Papua. Tapi itu tak bisa dijadikan pijakan. Tak semua orang asli Papua tak menerima kehadiran saya. Banyak saudara-saudara kita orang asli Papua yang justru menerima dengan sangat baik. Justru non Papua yang kadang membakar suasana," kata Yanni kepada wartawan, Rabu (28/9/2016) petang.
Menurut Wakil Ketua III DPR Papua itu, hak kesulungan itu ada di adat. Jangan samakan hak kesulungan adat dengan dunia politik. Hak kesulungan secara adat tak tergantikan dan sudah melekat sejak lahir. Sementara jabatan poliik misalnya kepala daerah ada masanya. Hanya lima tahun. Maksimal 10 tahun.
"Kenapa saya pilih kenapa saya pilih Kabupaten Jayapura karena itu daerah pemilihan saya selama tiga periode. Hasil survei basis saya di sana. Itu menguatkan saya untuk maju. Saya mau menjadikan Kabupaten Jayapura sebagai pilot project. Keinginan saya sederhana saja, saya ingin bisa melaksanakan amanat UU Otsus. Pelayan kesehatan, pendidikan dan yang masih belum maksimal menjadi pekerjaan rumah kedepan," ucapnya.
Yanni justru berharap, dengan majunya ia sebagai bakal calon bupati, bisa membangkitkan semangat kaum perempuan mengambil bagian dalam dunia politik dan pemerintahan. Ia menilai, banyak perempuan hebat di Papua hanya saja kesempatan mereka terbatas.
Yanni bertekad menjadikan Kabupaten Jayapura, kabupaten moderen yang maju, aman dan nyaman untuk semua suku karena wilayah itua adalah kabupaten perlintasan atau pintu masuk ke daerah lain di Papua. Di Kabupaten Jayapura ada pelabuhan, bandara dan potensi alam yang bisa dikembangkan. Banyak sekali yabg bisa dikembangkan.
"Tinggal bagaimana kita bisa menerima saran dan masukan dari berbagai pihak terutama tenaga ahli. Masyarakat Kabupaten Jayapura menerima kami dengan baik dan demokrasi. Kalau ada segelintir orang menyatakan tak setuju, itu sah saja dan saya pikir itu tak mewakilai yang mayoritas. Saya siap bertarung dan nama baik Gerindra di pertaruhkan di Indonesia Timur. Itu ada di pundak saya," imbuhnya.
Ditempat yang sama, bakal calon wakil Bupati Jayapura, Zadrak Afasedanya yang berpasangan dengan Yanni mengatakan, ia awalnya menganggap lelucon ketika dirinya diusulkan mendampingi Yanni. Namun setelah mempelajari sosok Yanni, ia yakin bisa berpasangan dengan yang bersangkutan.
"Alasan saya menerima karena kalau kandidat lain saya sudah kenal siapa mereka. Kalau pengalaman politik saya memang masih minim. Tapi kalau kerja lapangan saya sudah punya banyak pengalaman. Saya sudah 22 tahun bekerja di perusahan kelapa sawit di Lereh, Kabupaten Jayapura," kata Zadrak. (*)