Waspadai cuaca ekstrem di sejumlah wilayah

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

SEJUMLAH daerah di Tanah Papua dan sekitarnya diimbau agar tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Imbauan ini dikeluarkan

Sejumlah perairan di wilayah Sulawesi, misalnya, masuk dalam kategori gelombang tinggi menengah hingga mencapai empat meter.

“Masyarakat nelayan diimbau sementara tidak melaut utamanya menggunakan kapal kecil," kata Prakirawan BMKG IV Makassar, Asriani Idrus, kepada Antara, Selasa, 15 Januari 2018.

Tak hanya itu, saat ini gelombang di perairan Flores dan Selayar masuk dalam kategori menengah atau dengan gelombang tinggi. Dari pantauan monitor prakiraan cuaca terpantau tinggi gelombang berpotensi mencapai 1,50-2,50 meter.

Begitupun di Samudra Hindia Selatan NTT, Laut Timor Selatan NTT, Perairan Kepulauan Anambas hingga Natuna, Laut Natuna, Laut Jawa, Perairan selatan Kalimantan, Perairan utara Kepulauan Kangean, Selat Makassar bagian selatan.

Perairan Kepulauan Sabalana hingga Selayar, Laut Flores bagian barat, Laut Sulawesi bagian tengah, Perairan utara Sulawesi, Perairan Bitung-Manado, Laut Maluku bagian selatan, Perairan utara Kepualauan Banggai-Pulau Sula, Laut Seram bagian barat, Perairan barat dan timur Kepulaian Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua.

Sedangkan di Perairan barat Kepualaun Nias hingga Kepualauan Mentawai, Perairan Pulau Enggano, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan.

Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, Laut Natuna Utara, Laut Sulawesi bagian timur, Perairan Kepulauan Sangihe hingga Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera, ketinggian gelombang mencapai 2,50-4,00 meter.

"Tinggi gelombang tersebut diperkirakan masih berlangsung hingga Rabu. Bagi masyarakat yang beraktivitas di laut diminta untuk tidak beraktivitas sementara waktu," katanya.

Sementara itu, wilayah pegunungan Papua berpotensi hujan dengan intensitas cukup tinggi akhir Januari 2019.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura, Petrus Sili, Senin, 14 Januari 2019, kepada Antara mengatakan untuk evaluasi hujan di Desember 2018, intensitas hujan tertinggi di daerah Nimbongkrang, Kabupaten Jayapura dan yang paling rendah di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen.

“Perkiraan Januari intensitas hujan tertinggi di Pegunungan Tengah,” ujar Petrus Demon Sili.

Dia mengatakan puncak musim hujan di Papua terjadi pada Januari hingga Februari 2019. Menurut pengamatan BMKG Jayapura, curah hujan tertinggi akan terjadi di wilayah pegunungan tengah Papua.

Hal tersebut sewaktu-waktu dapat mengganggu jalur penerbangan. Maka dari itu, perusahaan penerbangan diminta untuk lebih waspada dan mematuhi setiap peringatan yang diberikan oleh otoritas bandara.

"Memang prediksi intensitas hujan di pegunungan tengah sangat berpengaruh kepada penerbangan karena bagaimana pun diprediksi kami curah hujan yang paling tinggi (300-500 MM/bulan) diperkirakan di Kabupaten Jayawijaya, Memberamo Tengah, Lanny Jaya, Yahukimo, Nduga, Tolikara, dan Yalimo," katanya.

Kini potensi hujan tetap ada pada malam dan dini hari, karena ada tekanan rendah di wilayah utara dan di wilayah selatan ada pertumbuhan siklon yang bisa memiju tumbuhnya awan hujan.

Untuk wilayah lain di Papua, tetap ada potensi terjadinya hujan, tetapi cendrung terjadi pada malam hari, mulai pukul 21.00 hingga 03.00.

“Lebih enak (terbang) di pagi hari karena masih clear seperti biasa, kalau sudah siang sudah agak sulit,” katanya.

Tak hanya itu, gempa berkekuatan 3,7 Skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Bintuni, Papua Barat, Senin pukul 04.56 WIT, dengan kedalaman 10 kilometer.

Data Stasiun Geofisika BMKG Sorong menyebutkan, lokasi gempa pada koordinat 1,91 Lintang Selatan dan 133,48 Bujur Timur yang berjarak 24 km di daratan Barat Laut Kabupaten Teluk Bintuni.

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat tumbukan lempeng.

Penjalaran getaran gempa dirasakan di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni. Getaran lebih terasa bagi yang berada di gedung bertingkat.

Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami karena di darat dan kekuatannya tidak cukup besar untuk membangkitkan perubahan di dasar laut yang dapat memicu terjadi tsunami. (*)

Related posts

Leave a Reply