Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Warga Kota Jayapura, Papua tampak beramai-ramai membeli pakaian bekas banjir di Pasar Youtefa. Seminggu lalu banjir memporakporandakan pasar seluas 10 hektare tersebut.
Anita Awi, perempuan 53 tahun, itu selalu memanfaatkan momen banjir untuk berbelanja pakai bekas banjir di Pasar Youtefa karena alasan harganya akan turun dari harga normal.
“Selalu datang ke pasar setelah banjir. Harga pakaiannya murah dari Rp20 ribu jadi Rp10 ribu,” kata Awi kepada Jubi.
Ibu rumah tangga tersebut tidak khawatir akan kesehatan akibat pakaian yang terendam lumpur banjir. Menurutnya yang terpenting mencuci hingga betul-betul bersih sebelum dikenakan. “Walaupun kotor kena lumpur tidak masalah, kita belanja nanti kita cuci,” ujarnya.
BACA JUGA: Akibat banjir pedagang beras di Pasar Youtefa rugi ratusan juta
Selain itu, kata Awi, dengan berbelanja setidaknya ikut membantu para pedagang yang lagi terdampak musibah banjir. Awi sekali belanja menghabiskan Rp2 juta. Uang itu digunakan untuk membeli baju dan celana.
“Supaya kita juga membantu pemasukan pedagang sedikit. Ini bagian dari membantu mereka juga to,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Lia. Ia datang ke pasar untuk membeli barang yang terendam banjir.
Lia membeli bermacam-macam barang bekas banjir seperti pakaian hingga kasur. Ia menghabiskan sekitar Rp500 ribu untuk berbelanja. “Ada beli kasur satu harga Rp200 ribu, harga normalnya bisa sampai Rp400 ribu,” ujarnya.
Lia berharap Pemerintah Kota Jayapura, Papua bisa segera membenahi persoalan Pasar Youtefa yang merupakan pasar induk di ibukota Provinsi Papua itu.
Pedagang Pakian Awni mengatakan semua jualan pakaian terendam banjir. Kali ini merupakan yang keenam banjir merendam dagangannya.
Pria 30 tahun tersebut mengaku setiap kali terdampak banjir mengalami kerugian sekitar Rp20 juta. Merugi karena pakaian yang dijual terpaksa dijual dengan harga di bawah normal. “Kita jual kembali dengan harga Rp100 ribu per tiga pakaian, harga biasa satu pakain Rp100 ribu,” katanya.
Awni sudah 15 tahun berdagang pakaian di Pasar Youtefa tidak memilih pindah ke pasar baru yang sudah disediakan Pemkot Jayapura karena alasan sempit dan sepi pembeli. “Saya tidak berani menanggung resiko di pasar baru, terlalu sempit dan pembeli tidak ada,” ujarnya.
Menurutnya Pemerintah Kota Jayapura seharusnya berkewajiban menyediakan pasar yang layak, sehingga pedagang maupun pembeli bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman. “Sudah berulang kali disampaikan tapi macam trada respon dari Pemerintah Kota Jayapura,” katanya.
Data Tim Penanganan Bencana Alam Kota Jayapura, Papua per 15 Januari 2022 sebanyak 6.376 kepala keluarga atau 19.914 jiwa penduduk Kota Jayapura terdampak banjir dan longsor. Sedangkan korban meninggal dunia delapan orang.
Penduduk Kota Jayapura yang terdampak banjir terdapat di Distrik Jayapura Utara sebanyak 240 kepala keluarga atau 1.018 jiwa, Distrik Jayapura Selatan 1.810 kepala keluarga atau 5.969 jiwa, Distrik Abepura paling banyak 3.612 kepala keluarga atau 10.313 jiwa dan Distrik Heram berjumlah 714 kepala keluarga atau 2.614 jiwa.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial telah menyalurkan bantuan senilai Rp1.390.539.388 untuk menanggulangi bencana banjir dan longsor. Bantuan yang diberikan terdiri atas bantuan logistik bencana, santunan ahli waris untuk 7 korban jiwa, sembako 500 paket, alat kebersihan 500 paket, peralatan sekolah 500 paket, kain sarung 500 lembar, perlengkapan bayi 50 paket, dan bahan natura. (*)
Editor: Syofiardi