Warga dari luar Papua diminta tunda kunjungan ke Papua

Ilustrasi Covid-19 Papua
Foto ilustrasi. - pixabay.com
Foto ilustrasi. – pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Papua, dr Silwanus Sumule Sp OG meminta warga dari luar Papua untuk menunda kunjungannya ke Papua, demi menurunkan risiko penularan virus korona di Papua. Sumule menyatakan infrastruktur kesehatan Papua tidak mendukung penanganan kasus infeksi virus menular seperti korona, apalagi jika jumlah kasus infeksi itu melonjak.

Read More

“Kita [Papua] dalam kondisi yang tidak menguntungkan, karena terbatasnya infrastruktur kesehatan. Jika anda datang ke Papua, pastikan anda sehat. [Jangan] datang ke Papua jika dalam keadaan yang tidak sehat,” kata Sumule di Jayapura, Senin (23/3/2020).

Sumule menyatakan dirinya tidak dapat membayangkan jika di Papua terjadi lonjakan jumlah kasus infeksi virus korona, karena infrastruktur kesehatan di Papua sangat terbatas. Sumule mencontohkan, di seluruh Papua hanya terdapat 62 buah ventilator.

“Kami harus menyampaikan itu kondisi kami hari ini. Sampai hari ini kita mendapat kesulitan untuk mendapatkan Alat Pelindung Diri [bagi tenaga medis yang merawat pasien Covid-19]. Kami [sedang] berusaha untuk mencari alat seluruh Indonesia,” katanya.

Sumule menjelaskan pihaknya membutuhkan APD dalam jumlah banyak, karena alat itu harus dipakai setiap tenaga medis yang merawat pasien di dalam ruangan isolasi. APD adalah peralatan pelindung sekali pakai, demi memastikan pasien yang sehat tidak tertular virus korona melalui APD tenaga medis.

“Puji tuhan hari ini kami sudah bisa mendapatkan kurang lebih sekitar 500 set APD. Mungkin dalam dua hari ini akan tiba. Kemudian kami dari teman-teman Dinas Kesehatan akan mendistribusikannya,” katanya.

Sumule meminta masyarakat akar rumput tahu bahwa virus korona berbahaya. Demi mencegah penularan virus korona, semua pihak harus bergerak dan menghindari perilaku berisiko tinggi.

“Bapak Ibu yang masih berkeliaran masih jalan, yang tidak tahu, mohon maaf. Kami minta setop dengan kumpul-kumpul. Kalau ada rencana kegiatan, misalnya pesta pernikahan atau lainnya, untuk sementara ditunda,” ujar Sumule.

Sumule meminta warga Kota Jayapura dan sekitarnya untuk membatasi diri bepergian, dan lebih banyak tinggal di rumah. “Zaman sekarang sudah berbeda. Anda bisa memesan makanan pakai gojek. Mau pesan sesuatu tidak harus ke mana. Anda mau menonton, tidak harus ke bioskop,” katanya.

Ia meminta masyarakat Papua menyadari bahwa sampai hari ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan Covid-19. “Yang ada saat ini adalah hanya obat-obat menanggulangi saja,” kata Sumule.

Sejak Covid-19 ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO sebagai pandemi global, ratusan mahasiswa Papua telah kembali ke Papua dengan menumpang kapal laut maupun pesawat terbang. Keputusan pemerintah untuk meliburkan aktivitas belajar mengajar di sejumlah episentrum pandemi Covid-19 di Jawa direspon para mahasiswa dengan pulang ke kampung halaman mereka.

Fransiska (18) bersama tiga temannya termasuk dari mereka yang memilih pulang dari Jakarta, dan tiba di Kota Jayapura pada Selasa (17/3/2020). Fransiska bertutur, sejak Covid-19 merebak di Jakarta, ia takut keluar dari indekos.

“Kampus sudah diliburkan, dan kita belajar online. Terus mama takut, karena Jakarta pasien positif bertambah terus. Jadi saya pulang,” tutur Fransiska.

Di Provinsi Papua terdapat 14 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19, dan delapan RS diantaranya ada di Kota Jayapura. Sejumlah delapan RS itu adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, RSUD Abepura, RS Jiwa Abepura, RS Bhayangkara, RS Angkatan Laut, RSAD Marthen Indey, RS Dian Harapan, dan RS Provita.

Selain itu, terdapat enam RS rujukan Covid-19 di beberapa kabupaten lainnya. RS itu adalah RSUD Yowari Kabupaten Jayapura, RSUD Merauke, RSUD Nabire, RSUD Paniai, RSUD Wamena, dan RSUD Mimika. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply