Wabah Covid-19, mahasiswa Tolikara di Jawa belum tersentuh bantuan pemda

Mahasiwa Tolikara se Jawa-Bali – Jubi/Dok mahasiswa Tolikara
Mahasiwa Tolikara se Jawa-Bali – Jubi/Dok mahasiswa Tolikara

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Sejak ada wabah Covid-19 muncul di Indonesia dan diberlakkan kebijakan pembatasan sosial, mahasiswa Kabupaten Tolikara yang sedang menempuh studi di beberapa kota di Indonesia terdampak dengan kebijakan ini.

Read More

Mereka mulai kesulitan ekonomi seperti penyediaan bahan makanan dan membayar biaya sewa rumah atau biaya kost.

Jumlah keseluruhannya pelajar dan mahasiswa Kabupaten Tolikara yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 1.936 orang.

“Sebelum ada virus Corona, kami mahasiswa Tolikara se-Jawa dan Bali di kota studi Surabaya,  Malang, Madura, Jogyakarta, Semarang, Salatiga, Jabodetabek, Bandung, dan Tangerang menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa. Tapi sesudah wabah ini dan pemerintah pusat imbau untuk tidak keluar rumah, dan kami mulai kesulitan mencari makan minum dan kebutuhan lain,” kata koordinator mahasiswa Tolikara, Yukiles Wenda, ketika dihubungi Jubi, Jumat (24/4/2020).

Untuk tetap bertahan di kontrakan masing-masing, tambah Yukiles, para mahasiswa patungan untuk membeli makan.

“Selama 14 hari pertama kami di masing-masing kota ttudi makan apa adanya. Ada berkat kami sumbang-sumbang baru beli makan sedikit yang penting bisa bertahan,” jelas mahasiswa asal perguruan tinggi WR. Supratman Surabaya ini.

Wenda yang mengambil jurusan teknik industri ini mengatakan kiriman uang dari orangtua untuk makan dan minum pun agak tersendat.

“Mahasiswa Tolikara tinggal di kontrakan, sedang mahasiswi berada kost. Untuk makan dan minum, kiriman dari orangtua juga tidak selalu ada. Kadang dikirim kadang juga tidak. Apalagi dengan situasi saat ini justru menyulitkan orangtua melakukan transaksi pengiriman tidak selancar biasanya,” tutur Yukiles.

Walau makan sudah susah namu kewajiban mereka sebagai mahasiswa tetap dilakukan.

“Sejak wabah ini kami alami kelaparan, makan sudah susah dan ditambah lagi dengan kami harus melakukan aktivitas belajar dengan jarak jauh menggunakan internet, dan tidak semua mahasiswa punya handphone Android yang paten mereka gunakan,” jelas Wenda.

Mahasiswa semester VI ini mengatakan mahasiswa berharap agar Pemerintah Kabupaten Tolikara agar melihat situasi ini menyeluruh, baik di daerah dan di luar daerah.

“Pemerintah Kabupaten Tolikara seakan tidak peduli pada kami pelajar dan mahasiswa Tolikara yang ada di luar Papua. Kami mahasiswa asal Tolikara di Jawa dan Bali berharap Pemerintah Kabupaten Tolikara segera menyalurkan bantuan kepada kami di masing-masing kota studi sampai situasi membaik dan kembali normal,” katanya.

“Tolong perhatikan kami. Kami lapar. Anggaran pusat dan daerah untuk wabah Covid-19 ini  kemana saja? Kami harap dalam waktu dekat untuk dapat menghubungi masing-masing koordinator wilayah untuk salurkan bantuan bagi kami,” kata Wenda.

Erince Penggu, mahasiswi semester VIII Universitas Merdeka Surabaya jurusan Manajemen Bisnis, mengatakan sejak adanya wabah Covid-19, dirinya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah.

“Kami mahasiswa Papua asal Tolikara yang saat ini sedang menuntut ilmu  di Jawa dan Bali

mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas kuliah pun terhambat karena kuliah menggunakan sistim online,” ungkapnya.

Ia menambahkan orangtuanya pun mengalami kesulitan dalam mengirimkan uang makan dan kebutuhan lain.

“Orangtua kami belum bisa mengirimkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bayar kuliah, dan beli paket data untuk kuliah online. Kami bertahan dengan apa adanya,” jelas Penggu.

Perempuan asal Kabupaten Tolikara ini berharap pemerintah dapat melihat kondisi mereka yang berada dalam karantina mandiri.

“Kami minta perhatian dari Pemkab Tolikara,” jelasnya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply