Virus Corona menjadi “momok” bagi dunia

Wabah virus Corona misterius dari Tiongkok diklaim menyebabkan munculnya 17 kasus baru dan menyebar antar-manusia - CNN Indonesia/Istockphoto/wildpixel
Wabah virus Corona misterius dari Tiongkok diklaim menyebabkan munculnya 17 kasus baru dan menyebar antar-manusia – CNN Indonesia/Istockphoto/wildpixel

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Oleh: Vredigando E. Namsa, OFM

Read More

Akhir-akhir ini dunia dikejutkan dengan virus yang mengancam kehidupan manusia; virus yang secara nyata mendatangkan kematian secara cepat bila tidak ditangani secara baik dan benar. Virus ini melanda China (Tiongkok), lebih-lebih pada kota Wuhan yang memakan korban ratusan jiwa. Kematian akibat dari virus Corona pada Rabu, 22 Januari 2020 naik menjadi 17 kasus kematian dan lebih dari 540 kasus telah dikonfirmasi.

Situasi ini telah mendesak Pemerintah Kota Wuhan di Tiongkok, menutup jaringan transportasi dan mendesak warga tidak bepergian ke luar kota karena kekhawatiran terhadap penyebaran virus yang menular ini semakin naik. Virus Corona yang muncul baru-baru ini, diyakini bersumber dari satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal di sebuah pasar hewan di pusat kota Wuhan. Penyebaran penyakit akibat virus ini telah menyebar sampai Amerika Serikat (Tempo, 23 Januari 2020).

Apa itu virus Corona? Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona atau coronavirus. SARS merupakan jenis penyakit pneumonia yang pertama kali ditemukan di Tiongkok pada 2002 dan dideteksi berasal dari musang (Tribunjogja.com, 21 Januari 2020).

Penularannya mudah dan tingkat mortalitas (kematian) yang sangat tinggi sehingga kita perlu waspada. Penularan bisa terjadi dari beberapa hal, seperti, lendir, batuk, dahak, dan pegangan pintu. Oleh sebab itu, upaya pencegahan yang harus Anda lakukan adalah memakai masker dan sering mencuci tangan, karena gejalanya mirip sekali dengan flu, demam tinggi, dan kadang disertai batuk.

Namun bahayanya adalah virus ini lebih cepat menyerang ke paru. Jadi, efeknya akan sangat berbahaya. Kelompok yang mudah terserang penyakit ini adalah orang dengan kekebalan tubuh rendah, anak-anak, orang (sedang) dalam perjalanan jauh, dan orang yang makan tidak teratur.

Walaupun WHO sebagai otoritas kesehatan global belum menetapkan virus Corona sebagai keadaan darurat, dunia segera merasakan ancaman kesehatan lintasnegara ini. Tidak seperti provokasi Beijing di Natuna yang hanya dirasakan Indonesia, virus Corona telah menyebar ke berbagai negara dan langsung mengenai atau mengancam penduduk mereka.

Lebih dari 50 orang telah meninggal dunia. Lebih dari 2.000 orang terindikasi positif virus ini. Persebaran telah meliputi lebih dari 13 negara di dunia, bahkan warga negara Tiongkok yang terinfeksi virus Corona telah ditemukan di Singapura, Malaysia, dan Australia.

Virus Corona memunculkan isu ancaman kesehatan lintas-batas negara. Ancaman virus Corona sangat berbeda dengan provokasi China coast guard dan kapal-kapal nelayannya di Natuna dalam bentuk sifat, cara merespons, pihak yang merespons, objek ancaman, dan konsekuensinya.

Dalam studi-studi keamanan (security studies), virus Corona dapat dimasukkan sebagai ancaman keamanan nontradisional. Dalam kategori itu, negara perlu bekerja sama dengan berbagai aktor nonnegara (baik sipil maupun militer) untuk memastikan kewaspadaan nasionalnya. Bahkan Indonesia juga perlu bekerja sama dengan negara-negara lain (termasuk ASEAN) untuk bertukar informasi terbaru.

Kerja sama antaraktor domestik dan antarnegara ini sangat mendesak karena objek serangan adalah manusia atau warga negara. Ancaman kesehatan dirasakan langsung oleh masyarakat, apalagi yang memiliki mobilitas antarnegara.

Dalam keamanan nontradisional, fokus perhatian lebih pada keamanan manusia, sedangkan pada ancaman keamanan tradisional, negara menjadi satu-satunya aktor yang merespons ancaman keamanan. Aktor negara ini adalah pihak militer, karena objek-objek vital negara yang menjadi target serangan itu mewakili kepentingan nasional.

Mengingat persebaran virus Corona tergantung pada kontak antarmanusia, maka upaya-upaya preventif untuk mengurangi kontak langsung dengan individu yang terindikasi menjadi salah satu kebijakan urgen dari sebuah negara. Dalam konteks studi keamanan, virus Corona memerlukan peran serta berbagai aktor nasional dan lintas-negara, negara dan aktor negara.

Bagi Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya kejadian virus Corona ini menjadi tantangan tersendiri. Urgensi mengenai ancaman lintasnegara ini menjadikan virus Corona sebagai masalah kesehatan memerlukan kerja sama global. Masalah kesehatan lintas-batas negara atau berdampak global secara politik dan ekonomi menjadi perhatian utama.

Di Papua antisipasi virus Corona menjadi perhatian bersama. Antisipasi dibuat dengan ditutupnya sementara pos perbatasan Negara Kesatuan RI dan Papua Nugini (Kumparan.com, 1 Februari 2020). Selain itu, Bupati Manokwari, Demas Paulus Mandacan, mengeluarkan instruksi kepada Dinas Kesehatan Manokwari untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Mandacan menyatakan Manokwari termasuk daerah kewaspadaan tinggi terhadap bahaya penularan virus Corona. Pihaknya mengetahui siaran pers Kementerian Kesehatan tentang kewaspadaan virus Corona di Manokwari (Tabloidjubi, 26 Januari 2020).

Apa yang bisa dibuat dalam usaha bersama? Pertama, dalam konteks itu, penanganan virus Corona tidak lagi hanya menjadi perhatian berbagai negara secara terpisah dalam batas teritorial negara masing-masing. Kerja sama antarnegara sangat diperlukan untuk merespons secara cepat ancaman kesehatan lintas-batas negara, termasuk virus Corona;

Kedua, ancaman virus Corona ini harus menjadi usaha bersama dalam mengatasinya, bukan hanya pemerintah, melainkan juga warga/masyarakat turut berpartisipasi. Walaupun di Papua kasus ini belum nampak, kita perlu mewaspadainya;

Ketiga, kesadaran pribadi sebagai manusia dalam menjaga kesehatan, menjadi prioritas utama, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan virus Corana yang mengancam dunia. (*)

Penulis adalah mahasiswa pascasarjana STFT Fajar Timur Abepura, Papua

Editor: Timo Marten

Related posts

Leave a Reply