Vanuatu siap negosiasi perjanjian batas laut Fiji-Prancis

Menteri Luar Negeri Vanuatu, Ralph Regenvanu. - Pacnews

 

Menteri Luar Negeri Vanuatu, Ralph Regenvanu. – Pacnews

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Port Vila, Jubi – Vanuatu sudah siap untuk bertemu dengan Fiji dan membahas perjanjian mengenai batas laut yang sudah lama ditandatangani oleh Fiji dengan Prancis, tepat setelah Vanuatu memperoleh kemerdekaannya pada 1980.

Menteri Luar Negeri Vanuatu, Ralph Regenvanu berkata bahwa Fiji telah membuat kesepakatan dengan Prancis pada 1983, mengenai Zona Ekonomi Eksklusif Vanuatu.

“Mereka melakukan hal itu setelah kita merdeka tanpa sepengetahuan kita, jadi kita menyelesaikan hal ini,” tutur Menteri Regenvanu kepada PACNEWS di Funafuti pekan lalu.

Dia mengatakan kedua pemerintah telah saling menyurati dan memulai pembahasan ini. Ini adalah agenda yang penting bagi Vanuatu.

“Saya telah bertemu Jaksa Agung dan Menteri Luar Negeri Fiji. Tapi kita masih belum bertemu dengan Perdana Menteri Bainimarama tentang hal ini. Kita sudah saling menyurati dan sepakat bahwa kita perlu membicarakan hal ini, dan kita sedang berusaha mengatur jadwal untuk bertemu di bulan depan,” jelas Menteri Regenvanu.

Perjanjian Perbatasan Maritim antar Fiji-Prancis adalah suatu persetujuan yang ditandatangani pada 1983 antara Prancis dan Fiji, yang menetapkan batas laut antara Fiji dan Kaledonia Baru, serta batas antara Fiji dan Wallis dan Futuna. Perjanjian itu ditandatangani di Suva, Januari 1983, dan menetapkan bahwa garis-garis perbatasan itu akan ditentukan menggunakan prinsip-prinsip untuk menghitung jarak yang sama antara kedua wilayah.

Saat memetakan perbatasan itu, perjanjian itu masih memiliki asumsi bahwa Prancis memiliki kedaulatan atas pulau Matthew dan Hunter, yang hingga kini masih menjadi subjek dinegosiasikan antara Vanuatu dan Prancis.

Menteri Regenvanu juga berkata Vanuatu puas karena Prancis telah setuju untuk bertemu dan meneruskan pembahasan sengketa pulau Matthew dan Hunter. Vanuatu dan Prancis telah memulai kembali perundingan tentang kedua pulau, Matthew dan Hunter, di Brussels pada Juni tahun ini.

“Negara yang keras kepala dan telah menolak untuk negosiasi adalah Fiji. Kami telah mencoba bertemu dengan Perdana Menteri Frank Bainimarama di sini, tetapi dia tidak ingin bertemu dengan kami. Kami berharap Fiji akan menjadi lebih kooperatif.’ (PACNEWS)


Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply