ULMWP serukan peringatan kelahiran

papua
Aksi ULMWP saat KTT Melanesia Spearhead Group di Kepulauan Solomon - IST
Aksi ULMWP saat KTT Melanesia Spearhead Group di Kepulauan Solomon – IST

Sementara 40 orang lebih orang Papua maupun non-Papua telah meninggal dunia selama peristiwa perlawanan rasisme.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Nabire, Jubi – United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) serukan peringatan hari kelahiran kepada seluruh rakyat West Papua. Seruan itu juga mengajak solidaritas di mana pun berada bersama-sama memperingati deklarasi manifesto politik West Papua 1 Desember 1961.

“HUT untuk tahun ini kami lakukan doa pemulihan bagi bangsa Melanesia di West Papua, terutama atas meninggalnya korban kekerasan sepanjang tahun 2019,” kata Direktur Eksekutif ULMWP, Markus Haluk, Rabu, (27/11/2019).

Baca juga : Pansus Papua akan bertemu ULMWP? Ini tanggapan ULMWP

Direktur Eksekutif ULMWP sebut pemerintah represif hadapi tuntutan rakyat Papua

Jaksa tolak eksepsi kuasa hukum Bazoka Logo, dinilai masih kriminalisasi pemimpin ULMWP

Menurut Haluk, pada tahun 2019 ini  terdapat kurang lebih 200 orang Papua terbunuh dalam operasi militer di Nduga. Sementara 40 orang lebih orang Papua maupun non-Papua telah meninggal dunia selama peristiwa perlawanan rasisme.

“Juga kita harus mendoakan para tahanan politik yang sedang menjalani proses hukuman dalam penjara. Tak lupa doa bagi para mahasiswa Papua hampir di seluruh Indonesia, dengan terpaksa mereka telah meninggalkan kuliahnya,” kata Haluk menjelaskan.

ULMWP menyerukan kepada seluruh bangsa Papua mulai dari Sorong hingga di ujung Samarai dan serta seluruh pelosok negeri itu untuk berpartisipasi dalam peringatan 1 Desember 2019 sebagai hari Doa Pemulihan dengan cara menggelar ibadah atas situasi bangsa Melanesia di West Papua.

Tercatat sejak 58 tahun lalu, tepatnya 1 Desember 1961 Dewan Papua pertama yang saat itu disebut Nieuw Guinea Raad, pertama kalinya mendeklarasikan wajah negara West Papua.

Deklarasi ini dilakukan dengan upacara mengibarkan bendera Bintang Fajar bersamaan dengan bendera Belanda. Pengibaran itu kemudian diiringi pula nyanyian lagu kebangsaan, “Hai Tanahku Papua” dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Belanda “Wilhelmus.”

“Meski usia deklarasi 1 Desember itu tak bertahanan lama, karena 19 Desember 1961 Indonesia menganeksasi West Papua melalui deklarasi Operasi Militer Trikora, kata haluk menjelaskan.

Sejarah peristiwa tahun 1961 menjadi awal sejarah hitam bagi rakyat West Papua, hingga sekarang masuk 2019.

Menuju 2020 ini ULMWP terus bekerja keras bersama semua komponen rakyat bangsa Papua memperjuangkan terwujudnya Hak Penentuan Nasib Sendiri melalui Referendum bagi kemerdekaan dan kedaulatan Politik Bangsa Papua. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply