Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Pemerintah Ukraina membantah perlakuan diskriminatif terhadap para pelajar asing yang sedang berupaya meninggalkan negara tersebut saat serangan Rusia.
“Diskriminasi dalam bentuk apa pun, baik diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit atau kebangsaan, tidak pernah ditoleransi di Ukraina, negara yang telah menjadi tujuan utama bagi mahasiswa asing dari segenap penjuru dunia selama beberapa dekade ini,” tulis Kementerian Luar Negeri Ukraina dikutip Antara, Minggu malam (6/3/2022).
Baca juga : Bank dunia IMF pindahkan staf dari Ukraina
Kemungkinan serangan Rusia, AS dan sejumlah negara minta warganya tinggalkan Ukraina
Menlu Belanda mundur dianggap salah urus pengungsi Afghanistan
Pemerintah Ukraina menanggapi serius semua akun yang menuduh adanya tindakan diskriminasi, termasuk kepada warga negara asing yang ingin melintasi perbatasan negara.
“Kami terus memprioritaskan untuk membantu warga negara asing keluar dari Ukraina dengan aman dan secepat mungkin,” tulis pernyataan itu lebih lanjut.
Dalam pernyataanya menyebutkan pemerintah Ukraina telah membantu lebih dari 130 ribu orang asing untuk keluar dari Ukraina, termasuk 10 ribu pelajar dari India, 2.500 dari China, 1.700 dari Turkmenistan, dan 200 dari Uzbekistan.
Pemerintah Ukraina juga mengimbau agar perwakilan diplomatik dari setiap negara lebih proaktif dalam bekerja sama dengan pemerintah Ukraina untuk mengevakuasi warga negara mereka dari zona konflik dan tetap menjaga komunikasi dengan Kemlu Ukraina.
Pernyataan itu juga menyebutkan angkatan bersenjata Rusia telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan terus menembaki kota-kota Ukraina.
“Sebagai dampak, kami tidak dapat mengevakuasi warga asing dari Ukraina dengan aman. Agresi militer Rusia juga menghancurkan pemukiman warga serta menyulitkan proses evakuasi bagi warga negara asing,” tulis Kemlu Ukraina. (*)
Editor : Edi Faisol