Ketimbang berbalas pantun di PBB, lebih baik tuntaskan kasus HAM di Tanah Papua

papua-demo
Aksi dukungan untuk penyelidikan lanjutan atas perkara Paniai Berdarah pada 8 Desember 2014 - Jubi/CNN Indonesia/Christie Stefanie

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Vanuatu sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa selalu mengangkat masalah Hak Asasi Manusia (HAM) Papua di PBB. Bahkan Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai Tabimasmas, di depan 193 negara anggota PBB menuntut pemerintah Indonesia bertindak secara adil dan menjunjung tinggi HAM dalam menyelesaikan kerusuhan di Papua yang terus terjadi selama satu bulan lebih terakhir

“Ada pelanggaran HAM terjadi. Kami mengecam pelanggaran HAM terhadap masyarakat asli Papua. Kami mendesak pemerintah yang berkuasa untuk memastikan mendengarkan dan menghormati suara semua orang didengar, termasuk keinginan untuk menentukan nasib sendiri,” kata Tabimasmas, saat berpidato yang disiarkan UN Web TV.

Read More

Agaknya tak berlebihan kalau Vanuatu di seberang Samudera Pasifik mendapat gelombang dan ombak lautan dari Pulau Papua Barat di Pasifik Selatan.

Tak heran kalau dugaan pelanggaran HAM di Papua mendapat respons dan jawaban dari diplomat perempuan Indonesia, Silvany, di depan sidang PBB, menilai sangat memalukan bahwa satu negara ini terus menerus memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat tentang bagaimana Indonesia menjalankan pemerintahannya sendiri.

Di depan sidang PBB dia mengatakan bingung bagaimana bisa suatu negara mencoba untuk mengajar negara lain sementara kehilangan ini dari seluruh prinsip dasar Piagam PBB. Sedangkan Presiden Republik Indonesia dengan tegas menyatakan mendukung kemerdekaan Palestina dalam pidato perdananya di Sidang Majelis Umum ke 75 PBB pada 23 September 2020.

Ingatan orang Papua

Orang Papua masih jelas teringat akan pidato Presiden RI Joko Widodo saat ikut merayakan Natal Nasional di Kota Jayapura pada  27 Desember 2014. Waktu itu, 8 Desember, di Enarotali ada insiden penembakan terhadap pelajar di sana. Keluarga korban juga telah mendengar pidato Presiden Jokowi dan Presiden mengaku akan terus berkunjung ke Tanah Papua.

Keluarga korban kasus ‘Paniai Berdarah’ kembali menagih janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menuntaskan kasus penembakan yang mengakibatkan sebanyak lima orang tewas pada 8 Desember 2014.

Obet Gobai, salah satu orangtua korban, mengaku masih menunggu langkah nyata pemerintahan Jokowi menangkap pelaku penembakan dan menuntaskan kasus Paniai Berdarah.

“Saya tidak bicara banyak, saya tunggu pemerintah kapan selesaikan kasus ini. Itu lima orang ditembak, saya tunggu pemerintah pengungkapan pelaku,” kata Obet, dalam sebuah diskusi di kantor Amnesty International, kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (7/12/2014) sebagaimana dilansir CNN Indonesia.com.

Adapun ingatan pidato Presiden Jokowi, “Dan di tengah perayaan Natal ini, saya ingin menyampaikan menyesalkan terjadinya kekerasan di Enarotali, di Kabupaten Paniai, baru-baru ini. Saya ikut berempati terhadap keluarga korban kekerasan, dan saya ingin kasus ini diselesaikan secepat-cepatnya. Agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Kita ingin sekali lagi Tanah Papua sebagai tanah yang damai. Kedatangan saya ke Tanah Papua, saya ingin pergunakan sebanyak-banyaknya untuk lebih banyak mendengar suara rakyat Papua,” katanya sebagaimana dikutip dari https://setkab.go.id

Lebih lanjut Presiden Jokowi menambahkan semangat untuk mendengar dan berdialog dengan hati.

“Inilah yang ingin saya gunakan sebagai fondasi untuk menatap masa depan Tanah Papua, karena saya melihat rakyat Papua tidak hanya membutuhkan pelayanan kesehatan, tidak hanya membutuhkan layanan pendidikan, tidak hanya membutuhkan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan saja. Namun rakyat Papua juga butuh didengar dan diajak bicara. Itulah sikap dasar saya dalam membicarakan setiap persoalan-persoalan yang ada di Papua. Kita ingin semuanya kita akhiri konflik, jangan ada lagi kekerasan. Marilah kita bersatu, yang masih di dalam hutan, yang masih berada di atas gunung-gunung, marilah kita bersama-sama membangun Papua sebagai Tanah Yang Damai. Marilah kita pelihara rasa saling percaya di antara kita, sehingga kita bisa berbicara dengan suasana yang damai, dan sejuk. Karena dengan cara itulah, Natal akan membawa kabar baik bagi kita semuanya. Hadirin yang saya hormati, hadirin yang berbahagia, akhirnya sekali lagi saya ucapkan Selamat Natal 2014 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2015,”katanya dalam pidato tersebut. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply