Trump kembali masukan daftar hitam perusahaan China yang diduga terkait militer

Papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Presiden Donald Trump berencana untuk memasukkan perusahaan pembuat chip, SMIC, dan raksasa minyak, CNOOC, ke daftar hitam karena diduga memiliki keterkaitan dengan militer China. Presiden Donald Trump baru-baru ini mengeluarkan perintahnya yang mencegah investor AS membeli sekuritas dari perusahaan di dalam daftar hitam mulai akhir tahun depan.

Read More

Tercatat Departemen Pertahanan (DOD) bersiap untuk memasukkan empat perusahaan Cina lagi yang dimiliki atau dikendalikan oleh militer ke dalam daftar hitam. Sehingga jumlah totalnya menjadi 35 perusahaan.

Baca juga : Perusahaan ini pinjam Rp17,9 triliun dari bank China

Daging impor positif corona, China kembali penguncian wilayah

Pengamat sebut China diuntungkan jika Trump kembali jadi presiden

Meski belum jelas kapan penambah daftar hitam perusahaan ini akan diterbitkan di Federal Register. Namun merujuk dokumen yang dilihat Reuters dan empat sumber, empat perusahaan yang akan dimasukkan ke dalam daftar hitam AS adalah China Construction Technology Co Ltd, China International Engineering Consulting Corp, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), dan China National Offshore Oil Corp (CNOOC).

SMIC mengatakan pihaknya siap terbuka dengan pemerintah AS. Mereka membantah memiliki hubungan dengan militer. “Perusahaan tidak memiliki hubungan dengan militer China dan tidak memproduksi untuk pengguna akhir atau penggunaan akhir militer,” tulis pernyataan SMIC dikutip Reuters, Selasa, (1/12/2020).

Kebijakan itu membuat Saham SMIC anjlok 2,7 persen saat ditutup kemarin. Sedangkan saham CNOOC turun hampir 14 persen pada hari Senin. Perusahaan itu mengatakan tidak ada pemberitahuan resmi dari otoritas AS yang mereka terima terkait kebijakan ini.

Juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, mengatakan pemerintahnya berharap Amerika Serikat tidak menghalangi, menghambat, dan mendiskriminasi perusahaan asal China. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply