Tim Polda Papua harus periksa polisi yang membiarkan sopir truk dikeroyok massa

Foto ilustrasi. - pixabay.com
Foto ilustrasi. – pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Nabire, Jubi – Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Dogiyai, Agustinus Tebai meminta tim Kepolisian Daerah Papua memeriksa para polisi yang kedapatan membiarkan seorang sopir truk dikeroyok massa hingga tewas di Kabupaten Dogiyai pada Minggu (23/2/2020) lalu. Tebai menilai pembiaran amuk massa itu tidak dapat dibenarkan, karena bisa memicu konflik horisontal yang melibatkan banyak pihak.

Read More

Hal itu disampaikan Agustinus Tebai saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Sabtu (29/2/2020), menanggapi rencana kedatangan tim Kepolisian Daerah (Polda) Papua ke lokasi pengeroyokan yang menewaskan sopir truk bernama Yus Yunus di Jalan Raya Trans Papua, di Odeekomo, Distrik Kamuu Utara, Kabupaten Dogiyai. Pengeroyokan itu terjadi karena massa marah melihat kematian Demianus Mote yang diduga ditabrak truk.

“Polisi bersenjata lengkap membiarkan warga mengeroyok si sopir hingga tewas. Tim penyelidik dari Polda Papua harus memeriksa bawahannya. Paling tidak, harus bertanya mengapa [mereka] membiarkan warga mengeroyok sopir hingga tewas,” ujar Agustinus Tebai.

Tebai mempertanyakan mengapa para polisi yang tiba dengan membawa mobil patroli tidak mengamankan sopir yang sedang dikejar beberapa orang warga yang marah. “Kalau polisi bilang [warga] masyarakat banyak, itu omong kosong. [Warga] masyarakat bisa dihitung dengan jari. [Seharusnya] polisi amankan si sopir dalam mobil lalu bawah pergi, dan selesaikan masalah di Polsek Kamuu,” ungkapnya.

Ia menegaskan pembiaran amuk massa oleh polisi bisa menimbulkan persoalan baru, karena dapat menimbulkan konflik horisontal di antara warga. “Dalam video [pengeroyokan yang beredar] itu jelas polisi membiarkan,” katanya.

Tokoh pemuda Dogiyai, Goo Benny menyatakan kasus itu menjadi persoalan serius karena ada spekulasi yang memunculkan sejumlah nama sebagai aktor intelektual dalam peristiwa amuk massa itu. Benny mempertanyakan kinerja polisi dalam kasus itu, yang dinilainya tidak sesuai visi “melindungi dan mengayomi masyarakat”.

“Kalau sampai ada kelompok warga bilang aktornya adalah Saugas Goo, maka kesimpulannya polisi biarkan warga keroyok sopir Yus. Apakah polisi rekam video lalu viralkan? Ini seperti menggiring ke arah SARA dan politik,” sesal Benny. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply