Tiga tahun setelah diresmikan Jokowi, Pasar Mama Papua sepi pembeli

Papua
Pasar Mama Papua - Jubi/Arjuna

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Solidaritas Pedagang Asli Papua atau Solpap berharap Pemerintah Kota Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua memikirkan strategi mempromosikan Pasar Mama Papua.

Koordinator Solpap, Franky Warer mengatakan sejak pembangunan pasar rampung pada 2017 dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2018, Pasar Mama Papua itu sepi.

Read More

“Pascaperesmian, kondisi pasar tidak terlalu ramai dibandingkan pasar lama (pasar sementara),” kata Franky Warer kepada Jubi akhir pekan kemarin.

Menurutnya, sepinya pembeli membuat sebagian mama pedagang asli Papua kembali berjualan di pinggir jalan. Semisal di seberangan Bank Papua, di sekitar Taman Imbi Jayapura dan beberapa lokasi lain di tengah Kota Jayapura.

“Ini menjadi pekerjaan rumah untuk kami Solpap dinas terkait, supaya segera kita duduk dan bicara. Apakah mungkin ada promosi sehingga pasar ini banyak pengunjung,” ujarnya.

Warer berharap, lewat iven PON yang sedang berlangsung di Papua dan Peparnas pada November 2021 mendatang, pemerintah dapat membantu mempromosikan Pasar Mama Mama Papua sehingga, pengunjung dari luar Provinsi Papua bisa datang dan melihat kondisi pasar untuk pedagang asli Papua, di tengah Kota Jayapura itu.

Katanya, sejak peresmian memang masih banyak masalah yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kota Jayapura dan Pemprov Papua berkaitan dengan fasilitas pendukung di pasar.

Salah satunya, belum adanya kios-kios untuk mama-mama yang berjualan minuman dan makanan. 

Selain itu, belum adanya instalasi air bersih memadai dan wastafel, sehingga selama ini mama mama yang berada di lantai dua mesti turun ke lantai satu untuk mengambil air. 

“Namun ketika PON hadir, pemkot dan pemprov kembali fokus dengan pasar. Ada kesepakatan untuk segera melengkapi beberapa fasilitas yang kurang,” ucapnya.

Sepinya pembeli di Pasar Mama Papua dibenarkan salah satu pedagang, Agustina Mote. 

Menurut mama yang kesehariannya menjual pinang dan buah itu, ketika masih berjualan di tepi jalan di sekitar Taman Imbi beberapa tahun lalu, penghasilannya cukup lumayan dalam sehari. Berkisar Rp 300 hingga Rp 500 ribu.

Begitu juga saat masih berjualan di sisi kiri Pasar Mama Papua, ketika pasar sedang dalam pembangunan. Ia masih mendapat penghasilan cukup lumayan dalam seharinya.

“Tapi sejak pindah ke pasar ini tiga tahun lalu, pembeli sepi. Kadang dalam sepekan pinang jualan saya tidak habis. Saya bagikan saja ke teman teman, daripada tidak dimakan karena busuk,” kata Agustina Mote.

Ia berpendapat, sepi tidaknya pasar kembali pada niat pembeli. Di manapun lokasi pasar apabila pembeli tidak berniat, sama saja.

“Ini kembali kepada hati pembeli. Kalau punya hati dan niat, datang beli di pasar ini,” ucapnya. (*)

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply