Tidur baku tumpuk di asrama

Papua
Bagian bangunan yang terbakar pada tahun lalu di Asrama Mahasiswa Nabire di Jayapura - Jubi/Yance Wenda.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Kondisi ketiga asrama yang tidak terurus tersebut acap kali menimbulkan kecemburuan dari para penghuni. Mereka iri ketika melihat asrama mahasiswa kabupaten lain di Papua.

KEJADIAN itu sudah hampir setahun berlalu, tetapi masih membekas dalam ingatan Yanuarius Magai. Kobaran api menghanguskan Asrama Mahasiswa Nabire, tempat mereka bernaung selama berkuliah di Kota Jayapura.

Read More

Kebakaran pada Minggu dini hari di pertengahan Oktober tahun lalu itu diduga akibat hubungan arus pendek listrik alias korsleting. Api menghanguskan hampir sebagian besar bangunan asrama berlantai dua di Kamkey, Distrik Abepura, itu.

“Sebanyak 16 kamar terbakar sehingga hanya 12 kamar dan satu aula tersisa (selamat dari kebakaran). Aula itu sekarang menjadi tempat tinggal sementara (bagi penghuni asrama yang kamarnya terbakar),” kata Yanuarius Magai, yang juga Ketua Ketua Asrama Nabire di Kamkey, Rabu (24/6/2020).

Asrama Mahasiswa Nabire di Kamkey berpenghunikan 152 orang. Selain dari Nabire, terdapat pelajar dan mahasiswa asal Dogiyai dan Deiyai mendiami asrama putra tersebut.

Sebelum terbakar, setiap kamar ditempati lima orang. Sekarang, satu kamar bisa dijejali hingga lebih dari delapan orang.

“Mereka baku tumpuk dalam satu kamar, sedangkan saya dengan yang lain tidur di aula. Kondisi itu sangat menyusahkan (tidak layak),” ujar Magai.

Kondisi mereka bakal semakin memperihatinkan saat memasuki tahun akademik baru. Penghuni semakin bertambah karena banyak mahasiswa baru yang akan menempati asrama. Di sisi lain, belum ada kejelasan mengenai pembangunan kembali asrama tersebut setelah terbakar pada tahun lalu.

“Sampai sekarang belum ada respon (kepastian renovasi) dari pemerintah daerah (Nabire). Kami berharap pemerintah secepatnya membangun kembali asrama,” kata Magai.

Asrama Kamkey bukan satu-satunya pemondokan untuk mahasiswa Nabire di Kota Jayapura. Asrama serupa juga berdiri di Padang Bulan, dan di Waena. Asrama Waena diperuntukan bagi mahasiswi dan pelajar putri.

Kondisi kedua asrama itu juga tidak jauh lebih baik daripada asrama di Kamkey. Kelayakannya sebagai lokasi hunian sudah tergolong afkir. Rusak parah dan tidak pernah direnovasi.

“Kondisi ketiga asrama itu sudah sangat tidak layak (huni). Kalau ade-ade (mahasiswa baru) datang (ingin menetap di asrama), mereka mau tinggal di mana?,” keluh Magai.

Bikin cemburu

Keluhan dan desakan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire agar memerhatikan kondisi asrama mahasiswa daerah mereka telah sering disuarakan berbagai pihak. Berdasarkan catatan Jubi, pemberitaan mengenai hal tersebut telah muncul setidaknya sejak tujuh tahun silam. Jadi, jauh sebelum peristiwa kebakaran yang menghanguskan salah satu bangunan Asrama Mahasiswa Nabire di Kota Jayapura.

Desakan tersebut berasal dari kalangan mahasiswa, alumnus, hingga legislator, dan Majelis Rakyat Papua (MRP). Desakan serupa kembali disuarakan anggota MRP Minggus Madai saat mengunjungi asrama di Kamkey, kemarin.

“Asrama ini baru sekali direnovasi sejak 1999. Sampai saat ini tidak ada perhatian serius dari Pemkab Nabire (untuk memperbaikinya),” kata Minggus Madai.

Kondisi ketiga asrama yang tidak terurus tersebut acap kali menimbulkan kecemburuan dari para penghuni. Mereka iri ketika melihat asrama mahasiswa kabupaten lain di Papua.

“Kami juga ingin punya asrama seperti mereka. Namun, asrama kami tidak pernah diperhatikan Pemkab Nabire,” kata Paulus Yohanes Magai, alumnus Asrama Mahasiswa Nabire di Padang Bulan.

Minggus Madai pun turut membandingkan kondisi ketiga asrama Nabire dengan daerah lain. “Daerah lain asramanya dibangun sebanyak 2-3 lantai dan megah.” (*)

 

Editor: Aries Munandar

Related posts

Leave a Reply