Papua No. 1 News Portal | Jubi
MEMULAI sebuah usaha tidak harus dengan modal yang besar. Itulah yang dilakukan perempuan asal Puncak yang memulai usaha kios jualan hanya dengan modal Rp 100 ribu, dekat rumahnya di Sosial Taruna, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Elfira Wenda, perempuan kelahiran 1995, ibu dua anak ini, mulai menekuni usaha di kios berkukuran 2X3 meter dengan dinding sisa potongan kayu sawmill beratap seng.
“Saya baru setahun buka usaha ini, saya memulia dengan modal Rp 100 ribu saja dari situ saya tambah-tambah ambil barang satu-satu, baru bikin kios yang kayak gubuk ini,” katanya kepada Jubi, Selasa, 12 Februari 2019.
Ia mengatakan dengan modal awal itu ia berjualan sirup dan makanan.
“Setiap sore biasa di gereja ramai anak-anak dan pemuda main bola dan biasa ramai, jadi saya coba dengan jualan sirup di depan rumah,” katanya.
Kios yang ia miliki baru dibangun dan hanya terisi barang yang mudah ia dapatkan.
“Karena baru jadi saya hanya jualan sirup, rujak ketimun, kedondong, biskuit, dan makanan ringan lainnya, itu saja,” ujarnya.
Membuka usaha tentu untuk mendapatkan untung. Namun bagi Wenda yang penting ada hasil untuk memutar kembali modalnya dan sisanya untuk menambah biaya keluarga.
Jika sedang ramai, kata Wenda, ia bisa mendapatkan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Tapi itu jika ada pertandingan bola di gereja. Jika tidak paling ia mendapatkan hasil Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
“Yang penting bisa untuk jajan anak-anak sekolah saja,” ujarnya.
Perempuan kelahiran Kabupaten Puncak tersebut berjualan dari pukul 7 pagi hingga sore. Jika sedang ramai ia bisa bukan sampai pukul 8 malam.
“Kalau barang banyak dan pembeli banyak, saya buka saja warung sambil duduk menunggu, setelah orang tidak ada baru saya tutup,” katanya.
Ia mengaku tidak ada bantuan dari pihak manapun sejak ia membuka usaha. Namun ia tetap tekun dan memiliki kemampuan yang kuat untuk memajukan kiosnya
“Rencana saya juga mau buka yang besar, tapi lihat kalau ada berkat, soalnya sejauh ini belum ada berkat jadi,” kata Wenda.
Di tempat terpisah di Sentani, Kabupaten Jayapura, juga ada seorang perempuan yang memilih berjualan dari kecil untuk menghidupi keluarganya.
Ia adalah Lenny Lepi, perempuan asal Pegunungan Bintang. Ia mengaku memilih berjualan karena untuk menghidupi keluarga tidak bisa hanya bergantung kepada suami.
“Istri pun harus ikut memutar otak agar ada usaha untuk menghidupi keluarga,” ujarnya.
Lepi memulai usaha kecil-kecilan di Sentani, tepatnya di Taruna Sentani. Dengan modal gubuk berukuran 2×3 meter yang ditutupi seng ia membangun usahanya sedikit demi sedikit. Ia berjualan rujak mentimun, mie instan, minuman dingin, pinang, dan lainnya.
“Saya sudah jualan ini dari dulu, ada satu tahun lebih, tapi saya bongkar tempat yang lama karena harus ikut Paitua punya tempat kerja,” katanya.
Perempuan asal Borme ini mengatakan ia memulai berjualan karena rumah tangganya membutuhkan biaya.
“Saya saja yang kerja juga tidak bisa dan mengharapkan suami saja juga tidak bisa, apalagi suami buruh bangunan, terus ada kebun tapi kebun itu kan lama panennya,” katanya.
Mirip Elfira Wenda, Lepi juga memulai usaha dengan modal kecil, yaitu Rp 200 ribu.
“Dengan modal segitu saya coba jualan sirup dulu dan akhirnya saya kembangkan dengan putar modal itu sampai bisa jualan seperti sekarang ini,” katanya.
Meski pendapatnya tidak begitu besar, ia mengaku lumayan mencukupi untuk biaya keluarganya sehari-hari.
“Kalau pembeli lagi sepi sehari saya hanya mendapatkan Rp 70 ribu, tapi kalau ramai bisa Rp 200 ribu atau Rp 250 ribu,” ujarnya.
Ia mulai membuka kiosnya dari pagi hingga pukul 5 atau 6 sore. Jualan sirup dan rujak mentimun biasanya habis ketika anak-anak sekolah keluar. Ia menjual sirup Rp 2.000 per kantung dan mentimun seiris Rp 1.000.
Lepi tentu saja ingin sekali usahanya besar atau memiliki kios yang layak. Namun masih terkendala modal.
“Saya mau juga bikin yang besar tapi kalau Tuhan kehendaki,” ujarnya.
Di tempat yang sama, seorang warga, Silly, mengatakan walaupun usaha yang dilakukan Lepi kecil, namun itu baik.
“Kecil yang penting ada pendapatan daripada tinggal di rumah tanpa pendapatan, saya pikir ini hal yang baik,” ujarnya. (*)
Editor: Syofiardi