Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Teleskop ruang angkasa James Webb milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Senin, (24/1/2022) kemarin mendekati ruang parkir gravitasinya di orbit yang mengelilingi matahari sejauh hampir 1,6 juta kilometer dari bumi. Teleskop itu dirancang untuk memberi pandangan baru bagi dunia tentang tahap awal terciptanya alam semesta.
Pendorong roket akan melakukan manuver terakhir untuk mengoreksi arah pada pukul 19 GMT (Selasa, pukul 2 WIB). Setelah itu, Webb diharapkan tiba di posisi orbital yang stabil antara bumi dan matahari yang dikenal sebagai Lagrange Point Two, atau L2, satu bulan setelah diluncurkan.
Pendorong tersebut akan diaktifkan oleh para teknisi kendali misi di Space Telescope Science Institute di Baltimore.
Tim darat akan menggunakan sinyal radio untuk memastikan apakah Webb berhasil “disisipkan” ke orbit, kata Eric Smith, ilmuwan program Webb NASA. Dari titik pandangnya di ruang angkasa, Webb akan melintasi jalur khusus sehingga teleskop itu dan bumi selalu sejajar ketika mengelilingi matahari agar kontak radio tidak terganggu.
Sebagai perbandingan, pendahulu Webb yang kini berusia 30 tahun, teleskop Hubble, mengorbit bumi dari jarak sejauh 547 km, mengitari planet biru itu setiap 90 menit.
Kombinasi tarikan matahari dan bumi di L2 membuat Webb tetap berada di posisinya sehingga hanya sedikit dorongan roket diperlukan untuk mencegah teleskop itu keluar dari orbit.
Posisi L2 telah digunakan oleh sejumlah satelit selama bertahun-tahun karena memungkinkan “pemakaian bahan bakar paling sedikit agar tetap berada di orbit”, kata Smith, dikutip Antara dari Reuters, senin, (24/1/2022) kemarin.
Baca juga : NASA berencana perbaiki pesawat antariksa Mars untuk peluncuran 2018
Astronot pertama kaji hunian tiup stasiun luar angkasa
Batu meteor jatuh ini tak terdeteksi Lapan dijual Rp200 juta
Pusat operasi juga telah memulai menyesuaikan arah cermin utama Webb. Cermin itu tersusun dari 18 segmen heksagonal yang terbuat dari logam berilium berlapis emas berukuran 6,5 meter, lebih besar dari cermin utama Hubble.
Ukuran dan bentuknya, yang dirancang agar bisa dioperasikan dalam spektrum inframerah, membuat Webb mampu melihat dari balik awan gas dan debu, serta dapat mengamati objek di kejauhan, sehingga mampu meneropong lebih jauh ke “masa lalu” daripada Hubble atau teleskop lainnya. (*)
Editor : Edi Faisol