Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Warga Nabire kembali melakukan aksi protes rasisme pada Kamis, (22/08/209). Kali ini aksi dilakukan oleh massa yang mengatasnamakan diri Solidaritas Papua anti rasisme Nabire.
Massa berkumpul sejak pagi di beberapa titik. Seperti di Siriwini, Oyehe, Karang Tumaritis, Wadio dan Kalibobo. Mereka lalu melakukan longmarch dan bertemu di Kantor DPRD Nabire, jalan Mandala Nabire.
Tampak hadir beberapa tokoh adat, tokoh agama (pendeta dan Pastor). Mereka dikawal ketat oleh pihak keamanan baik TNI maupun Polri. Pihak eksekutif diwakili asisten 1, Kabag Humas, dan beberapa pejabat lainnya.
Saat melakukan orasi dan yel yel di kantor itu, tiba tiba separuh orang melempar batu ke arah kantor yang mengakibatkan kaca -kaca rontok. Polisi pun mengeluarkan beberapa tembakan gas air mata dan untuk melerai masa yang terus melempar.
Alhasil, ribut kecil ini pun dapat dikendalikan. Massa kemudian kembali berkumpul dan menyampaikan aspirasi.
Kepala Suku Dani, Damal, Nduga Kabupaten Nabire, Yopi Murib mengatakan, jika merasa diri monyet maka tidak elok melakukan orasi dengan melempar batu, merusak fasilitas dan membuat kekacauan. Ia pun meminta kepada DPRD Nabire untuk melanjutkan aspirasi yang nantinya disampaikan sampai kepada Presiden RI.
“Tidak perlu melakukan aksi dengan kekerasan kalau kita monyet. Dan kami minta bapak dewan yang terhormat untuk melanjutkan aspirasi ini sampai ke Presiden,” ujar Murib.
Koordinator aksi, Sonny Dopia dalam orasinya membacakan sejumlah tuntutan yang menurutnya harus disampaikan langsung kepada Presiden.
Tuntutan tersebut antara lain;Menolak rasisme Indonesia terhadap orang Papua. Orang Papua bukan monyet tetapi manusia berbangsa, berbudaya dan adat istiadat yang sama dengan manusia lain di seluruh dunia. Gubernur Papua dan Papua Barat tidak boleh ketemu presiden, karena: Presiden dengan seenaknya mau meminta orang Papua untuk maaf-maafan dengan pelaku rasis. Presiden stop menggiring isu soal insiden Manokwari dan Sorong. Gubernur dan Bupati – Bupati segera memulangkan mahasiswa di seluruh Indonesia.Tolak praktik kolonialisme dengan memakai isu rasisme untuk menjajah Papua.
Pihaknya juga meminta pemerintah RI buka ruang demokrasi seluas-luasnya bagi aktivis, mahasiswa, rakyat biasa, mama-mama pasar Papua, buruh, tani, masyarakat adat, ASN, LSM tanpa ada kepentingan apapun.
Dance Yogi, salah satu anggota DPRD Nabire menyampaikan terima kasih kepada para pengunjuk rasa yang telah ,mematuhi aturan dan tidak anarkis. Iapun berjanji akan melanjutkan aspirasi kepada Gubernur Papua.
“Saya atas nama dewan sampaikan terima kasih sebab semua berjalan lancar dan aman. Dan kami akan lanjutkan aspirasi ini ke tingkat paling atas,” kata dia.(*)
Editor: Syam Terrajana