Papua No. 1 News Portal | Jubi
Makassar, Jubi – Kepala Dinas atau Kadis Pendidikan Papua, Christian Sohilait menyatakan ada empat masalah utama pendidikan di wilayahnya.
Pernyataan itu dikatakan Christian Sohilait dalam diskusi daring yang digelar Jubi dan Jaringan Damai Papua, yang bertemakan “Diskusi Otsus, Pendidikan, dan Masa Depan Papua” pada Senin (13/7/2020) dengan moderator pimpinan umum Jubi, Victor Mambor.
“Ada empat masalah besar pendidikan di era Otsus, yakni regulasi, sarana prasarana, sumber daya manusia dan lingkungan,” kata Chistian Sohilait.
Menurutnya, masalah terkait regulasi di antaranya belum ada grand design (desain besar) pendidikan di Papua. Regulasi pendidikan di daerah belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas, perdasus atau perdasi pendidikan yang belum tersusun, dan kurikulum lokal yang belum diterapkan merata sesuai kearifan lokal.
Masalah sarana dan prasarana meliputi jaringan internet tidak mendukung, terbatasnya sarana penunjang belajar mengajar di sekolah, rumah guru yang terbatas, dan beberapa hal lain.
“Kini Otsus hampir berakhir, namun kita masih berputar pada masalah sarana dan prasarana,” ujarnya.
Masalah SDM, di antaranya kekurangan tenaga guru, banyak guru belum mengikuti sertifikasi, guru jarang berada di tempat tugas, angka putus sekolah masih tinggi, prestasi siswa masih rendah secara standar nasional dan penyebaran melek huruf masih di kabupaten-kota di Papua.
Ia mencontohkan hingga hingga kini guru SMK/SLB, SMA negeri dan swasta di Papua sebanyak 4.472 orang. Idealnya jenjang pendidikan ini butuh sekitar 10.910 guru.
“Lingkungan juga merupakan salah satu masalah dunia pendidikan di Papua. Proses belajar sering terganggu oleh lingkungan. Misalnya sekolah dipalang, ada gangguan keamanan dan lainnya,” ucapnya.
Satu di antara tim perumus draf Undang -Undang Otonomi Khusus atau UU Otsus Papua, Agus Sumule dalam diskusi yang sama mengatakan, kunci pembangunan pendidikan adalah guru.
“Kalau kita bisa selesaikan masalah guru kita punya harapan membenahi pendidikan di Papua dan Papua Barat,” kata Agus Sumule.
Menurut Wakil Rektor Universitas Papua Barat itu, akses internet memang penting dalam menunjang proses pendidikan, namun internet tidak bisa menggantikan guru.
“Yang penting jangan lupa ada 250 ribu orang [di Papua dan Papua Barat] yang sama sekali belum mengenyam pendidikan, dan mereka perlu mendapat pendidikan,” ucapnya. (*)
Editor: Edho Sinaga