Separuh penduduk Nduga pergi mengungsi

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nduga, Otomi Gwijangge. – Jubi/Hengky Yeimo.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nduga, Otomi Gwijangge memperkirakan sekitar separuh penduduk Kabupaten Nduga, Papua telah mengungsi demi menghindari konflik bersenjata antara pasukan gabungan TNI/Polri dan kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya. Sebagian besar pengungsi itu merupakan warga sipil dari delapan distrik di Kabupaten Nduga.

Read More

Hal itu dinyatakan Otomi Gwijangge usai menghadiri peluncuran buku “Konflik Nduga: Tragedi Kemanusiaan Papua” yang berlangsung di Jayapura, Selasa (30/7/2019). “Kurang lebih stengah dari orang Nduga [mengungsi. Jumlah total warga Nduga] sekitar 106 ribu jiwa, [dan] setengah dari [jumlah] itu yang mengungsi,” katanya Otomi.

Otomi Gwijangge menyatakan warga sipil Nduga yang mengungsi sejak Desember 2018 itu mayoritas berasal dari delapan distrik. Kedelapan distrik itu adalah Distrik Mapenduma, Distrik Mugi, Distrik Mam, Distrik Yal, Distrik Yigi, Distrik Mbuwa, Distrik Mbulmu Yalma, dan Distrik Nirkuri. Menurut Otomi, pusat permukiman warga di delapan distrik itu nyaris ditinggalkan sebagian besar warganya.

Menanggapi sejumlah versi data jumlah warga sipil Nduga yang mengungsi, Otomi Gwijangge mengakui memang sangat sulit menghitung jumlah pasti warga yang mengungsi. Hal itu terjadi karena para pengungsi itu berpencar di berbagai tempat.

Sebagian pengungsi memilih masuk ke hutan yang sulit dijangkau di Distrik Mapenduma dan Distrik Yigi di Nduga. Namun banyak pula warga Nduga yang mengungsi ke sejumlah kabupaten tetangga seperti Lanny Jaya, Jayawijaya, Mimika, Yahukimo, dan Asmat. Mereka terpencar, hidup dikantong pengungsian yang juga tersebar.

“Sebagian [besar] masyarakat [dari delapan distrik itu] sudah mengungsi ke beberapa wilayah. [Ada yang mengungsi ke] Jayawijaya, Lanny Jaya, Asmat, Mimika. Di Mbuwa, ada sejumlah masyarakat yang bertahan, sementara masyarakat yang lain memilih mengungsi ke [wilayah terpencil di] Mapenduma dan Yigi,” kata Otomi.

Otomi menyebut Pemerintah Kabupaten Nduga juga belum memiliki data pasti jumlah warga Nduga yang mengungsi, maupun jumlah pengungsi Nduga yang meninggal di pengungsian. Meski demikina, Otomi meyakini jumlah pengungsi memang mencapai puluhan ribu, bahkan diperkirakan mencapai separuh dari total penduduk Nduga. Jika ada pihak yang meragukan perkiraan Pemerintah Kabupaten Nduga itu, Otomi mempersilahkan pihak itu datang ke Nduga dan menghitung sendiri jumlah warga Nduga yang telah pergi mengungsi.

“Kami pun tidak bisa melakukan kalkulasi berdasarkan data kependudukan [di setiap distrik]. Sebab dalam satu distrik [bisa ada] enam desa, [bisa pula memiliki] sembilan desa. [Jumlah penduduk] di setiap kampung [juga bervariasi], mencapai ribuan jiwa. Dan jumlah pengungsi yang meninggal memang mencapai puluhan. Mereka meninggal karena sakit, lapar saat dalam perjalanan mengungsi, ataupun sebab lainnya,” katanya.

Terkait bantuan Kementerian Sosial bagi para pengungsi Nduga, Otomi menyatakan bantuan itu telah diterima Pemerintah Kabupaten Nduga, melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Nduga, Nehemia Gwijangge. “Kalau kami, pemerintah [daerah], pasti menerima. Tetapi, kalau masyarakat, belum tentu mereka [mau] menerima [bantuan dari Kementerian Sosial], apalagi dalam kondisi mereka demikian,” katanya.

Sejumlah tokoh Kabupaten Nduga, Papua, memberikan keterangan pers meminta Presiden Joko Widodo segera menarik pasukan non organik dari Kabupaten Nduga. Bupati Nduga Yairus Gwijangge juga meminta kepada pemerintah pusat untuk melakukan pendekatan dialog dalam menyelesaikan masalah Nduga. “Bukan pendekatan militer, [pakai pendekatan dialog] untuk menyelesaikan konflik, agar pembangunan dapat kembali berjalan dengan lancar,” katanya.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply