Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Potensi lokal seni dan budaya di masing-masing kampung belum dikelola maksimal. Padahal seni budaya apabila dipadukan dengan potensi alam sebagai pintu pariwisata, akan menambah nilai seni dan juga keinginan orang untuk datang ke Kabuaten Jayapura.
Hal ini dampak dari belum adanya ruang dan tempat bagi para seniman dan budayawan untuk berekspresi mengangkat seni dan budaya itu sendiri. Dengan tersedianya ruang dan tempat tersebut maka dipastikan banyak karya seni akan lahir dan dipertunjukan secara umum sebagai suatu kebiasaan dan aktivitas positif bagi generasi muda saat ini.
Kundrat Sokoy, salah seorang seniman di Kabupaten Jayapura, mengatakan minimya ruang ekspresi bagi seniman dan budayawan di daerah ini mengakibatkan redupnya ekspresi dalam berkarya bagi para penggiat seni.
Selain itu, kata Sokoy, minat dan keinginan generasi muda dalam menekuni seni budaya lokal sangat minim.
“Anak-anak tidak dibiasakan untuk mengenal seni dan budaya lokal, padahal itu adalah jati diri mereka, tradisi yang turun temurun dari nenek moyang kita yang dilakukan dalam aktivitas hidup sehari-hari,” ujar Kundrat Sokoy, saat ditemui di Sentani, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, tradisi dalam budaya dan seni harus dikembangkan di setiap kampung dengan dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia mencontohkan, seni dan budaya yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah menyanyi, menari, dengan menggunakan tifa, kerambut, akuilka, dan alat musik tradisional lainnya.
“Ini sebenarnya ruang yang tersedia, di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di kampung masing-masing. Tetapi pengaruh luar membuat kita lupa akan seni dan budaya kita sendiri,” ujarnya.
Secara kelembagaan, pemerintah telah membentuk badan yang menangani soal seni dan budaya. Ada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan Kesenian Papua, yang secara struktural terbentuk juga di masing-masing daerah kota dan kabupaten.
Lembaga ini dibentuk agar komunitas, kelompok, bahkan sanggar seni yang terbentuk secara swadaya oleh masyarakat dapat diakomodir dalam program kegiatan dan pengembangan minat serta bakat yang menghasilkan karya-karya seni yang dimiliki.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, mengatakan pengembangan seni dan budaya pada daerah yang dipimpinya ini cukup memberikan dampak positif dalam pengembangan program pembangunan yang secara umum dilakukan dalam pemerintahan.
Bupati menyebutkan Festival Danau Sentani (FDS), Festival Bahari Teluk Tanah Merah (FBTTM), Festival Masyarakat Adat Lembah Grime, Festival Makan Papeda, adalah bagian-bagian yang secara kontinu dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan seni dan budaya lokal di daerah ini.
“Aktivitas seni dan budaya sesungguhnya adalah bagian dari aktivitas hidup masyarakat sehari-hari dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dan ini sudah digariskan sejak nenek moyang kita. Ruang dan kesempatan itu ada di masing-masing kampung, karena seni dan budaya lokal lingkupnya hanya sebatas di mana kampung itu berada,” pungkasnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari