Papua No.1 News Portal | Jubi
Oleh dr. Ishani Kaluthotage
Sementara pandemi Covid-19 terus menyebar, lebih dari 130.000 vaksin yang disumbangkan oleh program global COVAX sudah kedaluwarsa di Papua Nugini. PNG adalah penerima bantuan vaksin terbesar dari Australia, dan saat ini negara itu masih menggunakan vaksin AstraZeneca yang disumbangkan oleh Australia, Selandia Baru, serta melalui COVAX dalam mendorong fase pertama peluncuran vaksin Covid-19. Dengan populasi yang mencapai sekitar 8 Juta jiwa, data yang ada mengungkapkan bahwa kurang dari 100.000 orang di PNG sudah menerima vaksin Covid-19 hingga Jumat ini (20/8/2021).
Negara-negara tetangga terdekat PNG, yaitu Indonesia dan Australia, telah diserang oleh varian Delta yang lebih cepat menjangkit daripada varian-varian sebelumnya. Dalam sebulan terakhir juga sudah ada beberapa kasus varian Delta yang dilaporkan di PNG. Jadi bukan masalah persediaan vaksin yang sekarang menjadi masalah utama di PNG, melainkan bagaimana mendorong orang-orang PNG untuk menerima vaksinasi.
Kapasitas untuk memperluas pengujian dan perawatan Covid-19 di negara itu terbatas. Oleh karenanya, upaya preventif dapat dianggap sebagai solusi terbaik. Rumah-rumah sakit dan pos-pos pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil dan pedesaan, yang memberikan pelayanan kesehatan bagi hampir 80% populasi negara itu, tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk merawat pasien yang mengalami infeksi Covid-19 parah. Umumnya, tabung oksigen dan konsentrator oksigen sangat terbatas, atau malah tidak ada sama sekali. Tempat tidur dan sarana penunjang untuk perawatan intensif dan ventilator tidak ada di daerah pedesaan – apalagi pengobatan anti-malaria yang paling umum, cairan resusitasi atau infus, analgesia, dan antibiotik yang diperlukan untuk mengatasi keluhan medis lainnya yang dihadapi orang-orang setiap hari.
Bagi sebagian besar tenaga kesehatan dan masyarakat, vaksinasi terhadap Covid-19 mungkin bukan prioritas terbesar mereka. Bagi mereka, ada tantangan sehari-hari yang jauh lebih besar yang harus dihadapi.
Di sejumlah besar provinsi di PNG, minat masyarakat akan ‘Niupela pasin’ (normal atau kebiasaan yang baru) atau vaksinasi Covid-19 itu masih sangat minim. Kehidupan tetap berjalan seperti biasa. Namun, Covid-19 telah memberikan beban tambahan pada sistem pelayanan kesehatan PNG yang dari awalnya sudah rapuh. Banyak rumah sakit di daerah pedesaan dan pos-pos pelayanan kesehatan mengalami kelangkaan pasokan medis dasar yang diperlukan untuk menyelamatkan masyarakat lokal akibat rantai pasokan dan masalah-masalah logistik serta transportasi. Sudah pasti tantangan ini semakin sulit akibat Covid-19. Karena fokus politik dan ekonomi digeserkan untuk memprioritaskan respons Covid-19 menyebabkan sehingga banyak fasilitas kesehatan di pedesaan sekarang tidak lagi menerima pasokan dasar yang mereka perlukan dalam menyediakan perawatan kesehatan yang memadai bagi pasien mereka.
Saat ini pemerintah, dinas kesehatan tingkat kabupaten dan provinsi, dan lembaga swadaya masyarakat sedang berusaha untuk memperbaiki disinformasi dan misinformation yang tersebar melalui berbagai media sosial dan media-media komunikasi lainnya. Organisasi-organisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Covid-19 dan juga menawarkan pemberian vaksinasi kepada mereka yang menginginkannya. Ini termasuk memberikan pemahaman kepada tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemimpin gereja – memungkinkan mereka untuk membagikan pengetahuan ini dan memberdayakan anggota komunitas mereka agar menerima vaksinasi.
Keragu-raguan terhadap vaksin di desa-desa semakin diperparah oleh gerakan kelompok-kelompok anti-vaksin yang saat ini aktif dari seluruh dunia, termasuk di PNG dan di seluruh Pasifik, telah menggunakan internet dan jejaring sosial untuk menyebarkan hoaks dan mitos pada populasi yang rentan. Informasi kesehatan yang akurat perlu dibagikan di kampung-kampung oleh pemerintah, pemimpin lokal, dan tenaga kesehatan yang terpercaya.
Saat ini, partisipasi masyarakat itu sangat penting. Kasus Covid-19 dari varian Delta sudah menyebar di PNG, namun ada masyarakat setempat merasa bahwa varian ini tidak akan sampai ke desa mereka. Bagi sebagian masyarakat, pencegahan penyakit juga mungkin merupakan konsep yang sulit untuk dipahami, mengingat tingkat literasi kesehatan yang rendah. Biasanya, saat orang-orang memutuskan untuk melibatkan sistem pelayanan kesehatan, mereka seringkali datang dengan komplikasi penyakit yang sudah terlanjur parah karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya fasilitas kesehatan, dan besarnya jarak yang harus mereka tempuh untuk mendapatkan pertolongan.
Hal yang terakhir, karena semakin banyak donasi vaksin yang dikirimkan, pengenalan berbagai merek vaksin, seperti Sinovac dan Sinopharm dan Johnson & Johnson berdosis tunggal, dapat semakin menambah kebingungan yang sudah ada. Hal ini dapat semakin mendorong keraguan masyarakat terhadap vaksin. Ketika pengiriman vaksin yang baru disumbangkan sampai di negara itu, Kementerian Kesehatan nasional perlu memperkuat program penjangkauan vaksinasi dan fokus pada mendidik dan memberdayakan tenaga kesehatan dan masyarakat setempat untuk mendapatkan vaksinasi dan menghentikan penyebaran informasi yang salah. (The Interpreter)
dr. Ishani Kaluthotage adalah seorang dokter umum yang bekerja dengan sukarela di Papua Nugini. Ia juga bekerja dengan ‘Proyek Yumi – Bush Dokta’, LSM dengan misi untuk meningkatkan akses pada perawatan kesehatan dan sumber daya kesehatan di daerah-daerah pedesaan dan terpencil PNG.
Editor: Kristianto Galuwo