Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh Dan McGarry (Direktur Media di Daily Post Vanuatu)
Pemerintah Vanuatu telah menghimpun tiga pemangku kepentingan besar di bidang pariwisata dan perjalanan negara itum untuk mengumumkan perombakan besar-besaran dalam sektor ini.
Dijuluki Shared Vision 2030, rencana tersebut mendorong maskapai Air Vanuatu, Dinas Pariwisata Vanuatu (VTO), dan pengelola bandar udara Airports Vanuatu Ltd untuk terlibat dalam strategi ekspansi nan ambisius tersebut.
Berita Vanuatu Daily Post melaporkan, Selasa kemarin (29/1/2019), bahwa Air Vanuatu berencana untuk membangun armada internasional dengan delapan pesawat jet. Sementara itu Airports Vanuatu Ltd sedikit lagi akan menyelesaikan pembaruan landasan pacu Bauerfield yang penting untuk mimpi ini. Airports Vanuatu Ltd juga menderetkan berbagai sumber dukungan untuk rencana fasilitas baru yang ambisius, untuk mengakomodasi dan melayani rencana penambahan armada Air Vanuatu.
Sebagai tugasnya dalam agenda ini, Dinas Pariwisata diminta untuk mengubah dirinya menjadi organisasi yang lebih dinamis, lebih memahami pengunjung modern dan teknologi modern.
Pemerintah didesak untuk mengalokasikan setidaknya VT500 juta (NZ $6,6 juta) setiap tahun selama lima tahun ke depan, untuk mendukung rencana ini.
Rencana yang diluncurkan pada Senin lalu (28/1/2019), memicu pertanyaan dalam jumlah yang tak terhitung.
Di mana Air Vanuatu akan menemukan pilot-pilot? Bagaimana ia akan membiayai pembelian pesawat-pesawat? Pesawat Airbus A320 yang baru harganya mencapai AS $101 juta, sementara Boeing 737-800 berharga sekitar satu juta dolar lebih.
Menyewa juga tidak murah
Menyewa satu pesawat saja tidak murah. Bagaimana bisa Air Vanuatu membeli enam?
Terminal yang baru juga bukan hanya sebatas sebuah bangunan. Ini berarti pusat pengendali lalu lintas udara (ATCC) hanggar-hanggar, depot BBM, pemadam kebakaran dan fasilitas penanggulangan tanggap darurat, persiapan makanan, administrasi… daftar ini panjang dan rumit.
Jika semua ini dihitung, total harga lebih dari VT10 Miliar (NZ $ 130 juta) dapat dijangkau dengan cepat.
Argumen untuk mendukung rencana itu sederhana. Kita bisa bertumbuh sekarang, atau menghadapi risiko ekonomi Vanuatu semakin layu.
Ekonomi Vanuatu cukup mengecewakan pada tahun fiskal 2018. Hanya sedikit usaha yang bisa berkembang, lebih banyak yang mengalami kesulitan. Pendapatan dari pajak pertambahan nilai (PPN) adalah salah satu barometer paling dapat diandalkan, untuk menggambarkan keseluruhan aktivitas komersial. Untuk Vanuatu, angka ini tidak terlihat bagus di tahun 2018.
Meskipun pendapatan bulanan telah melonjak beberapa kali dibandingkan periode yang sama di tahun 2017, pendapatan tahun 2018, secara keseluruhan, hanya sekitar 10,2 % lebih tinggi dari jumlah tahun lalu.
Ini adalah masalah, pendapatan seharusnya naik setidaknya 15 % secara keseluruhan, terutama karena kenaikan tingkat pajak sebesar 20%. Trendline ini lengser ke bawah, padahal seharusnya ia memelesat dengan tajam.
Sektor pariwisata merosot
Sebagian dari perlambatan ini, terjadi akibat merosotnya pendapatan dari sektor pariwisata di antara pemain-pemain konvensional. Hotel-hotel besar sedang berjuang keras, jika saya mau lebih sopan dalam berkata. Penyedia akomodasi yang beruntung bisa mencapai tingkat hunian 50 %. Hotel yang sial, jauh lebih buruk dari itu.
Menurunnya aktivitas dari pariwisata mempengaruhi seluruh ekonomi, menyeret serta sektor industri, jasa, dan pertanian, jatuh dengannya.
Pejabat Dinas Pariwisata dengan cepat memublikasikan angka kedatangan dari udara yang ‘memecahkan rekor’. Angka-angka itu memang benar, tetapi mereka menyelubungi beberapa masalah. Pertama, angka-angka ini baru melambung lagi sejak tahun 2014, sebelum bencana topan Pam dan rusaknya landasan pacu Bauerfield yang menipiskan jumlah kedatangan melalui transportasi udara.
Kedua, rencana dari semua pihak, sebelumnya, berharap pertumbuhan terus berkelanjutan selama periode itu. Tetapi kita sekarang baru unggul sedikit saja dibanding tahun 2014. Ini berarti kita hampir lima tahun terlambat dari rencana kita.
Yang terakhir, pengunjung era modern sekarang berbeda, dalam merencanakan perjalanan mereka. Mereka tidak mengikuti cara yang digunakan pelancong era sebelumnya. Munculnya media sosial telah mengubah bagaimana pengunjung memutuskan pergi, bagaimana mereka memesan reservasi tiket dan hotel mereka, dan apa yang akan mereka lakukan saat mereka bepergian.
Referensi dari orang lain, lebih penting sekarang. Lebih banyak orang yang meminta masukan mengenai tujuan liburan mereka di media sosial daripada sebelumnya, dan sebagian besar orang memutuskan akan ke mana berdasarkan apa yang mereka dengar.
Jaringan AirBnB juga memengaruhi pola pemesanan akomodasi, cukup untuk membuat pemain lama menderita, terutama untuk hotel-hotel yang lebih besar. Kecuali angka kedatangan naik drastis, akan sangat sulit untuk meyakinkan investor yang baru untuk datang Ke Vanuatu, beberapa investor yang ada di sini sekarang, mungkin sudah ada yang berencana untuk keluar.
Tidak ada jalan lain
Pihak yang mendukung rencana tersebut berpendapat Vanuatu memiliki dua opsi, ia dapat berusaha meningkat popularitasnya, atau menunggu untuk diabaikan oleh generasi pengunjung modern.
Dan jalur yang kita pilih akan menentukan apakah ekonomi kita akan tumbuh, atau menyusut. Tidak ada jalan lain, kata mereka.
Tapi kita harus berjalan, sebelum kita bisa berlari. Pakar-pakar industri pariwisata memberi tahu kepada Daily Post bahwa prioritas pertamanya saat ini, adalah mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan dari pasar yang sudah ada.
Salah satu orang ‘dalam’ berkata kepada Daily Post, ada kekurangan dalam jumlah pesawat di seluruh dunia. Majalah Forbes melaporkan kalau di AS, misalnya, “Lebih dari tiga perempat armada yang dijual berusia lebih dari satu dekade.”
Satu lagi tantangan besar yang belum diatasi adalah merekrut 140 pilot baru, yang diperlukan untuk menerbangkan armada baru. Keterbatasan paling besar dalam industri penerbangan dalam negeri Vanuatu saat ini adalah pilot. Ini berarti pemerintah perlu menawarkan gaji yang lebih kompetitif dan kondisi kerja yang lebih baik, untuk meyakinkan pilot-pilot komersial datang dan bekerja di sini, dan agar pilot-pilot kita sendiri tetap tinggal. (Asia Pacific Report)
Reporter : Elisabeth C. Giay
Editor : Kristianto Galuwo