Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Memiliki gedung yang representatif adalah dambaan seluruh pengurus dan pengelola Sekolah Adat Kabupaten Jayapura di Kampung Hobong Distrik Sentani.
Jumat (22/2/2019) pekan lalu, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, meresmikan tiga ruang kelas dan kantor Sekolah Adat Kabupaten Jayapura, dengan menandatangani prasasti sebagai bukti keberdaan sekolah adat tersebut.
Tidak hanya peresmian tiga ruang kelas baru tersebut, tetapi juga digelar symposium guna menindaklanjuti rekomendasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) terhadap sekolah adat ini untuk dinaikan statusnya menjadi sebuah perguruan tinggi setingkat universitas adat untuk kawasan timur Indonesia.
Hadir pada acara simposyum ini, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, Fredi Sokoi sebagai akademisi dan Abdon Nababan selaku Direktur Yayasan Masyarakat Adat Nusantara. Ketiganya sebagai narasumber yang memberikan dukungan dan pikiran-pikiran positif terhadap perubahan status sekolah adat menjadi universitas adat.
Pada kesempatan ini Bupati Jayapura yang ditemui di Sentani, Sabtu (23/2/2019), mengatakan pihaknya mengapresiasi inisiatif pengelola sekolah adat yang secara swadaya telah membangun ruang kelas dan kantor baru untuk kepentingan operasional sekolah tersebut.
Menurutnya, inisitif dan langka konkrit yang dilakukan ini sangat baik dan tidak harus menunggu sampai adanya bantuan dari pemerintah daerah. Dengan demikian, langkah percepatan pembangunan akan terus dilakukan untuk kepentingan masyarakat di daerah ini.
“Sekolah adat ini sudah berjalan, sekarang kita meresmikan ruang kelas baru. Langkah-langkah seperti ini yang harus dicontoh oleh organisasi lain yang hanya menunggu bantuan bari pemerintah,” ujar Bupati.
Dikatakan, melalui pendidikan yang berbasis adat dan budaya ini akan melahirkan genarsi muda yang akan berdiri di atas jati diri mereka sendiri.
“Sekolah ini yang pertama di Papua. Anak murid di sekolah ini setelah belajar di sekolah formal, mereka juga tetap belajar di sekolah adat untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat serta budaya lokal setempat. Ini yang disebut sebagai penjabaran dari otonomi khusus Provinsi Papua yang sesungguhnya,” jelas Awoitauw.
Sementara itu, Origenes Monim, Direktur Sekolah Adat Kabupaten Jayapura, menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan serta dukungan sehingga hadirnya ruang kelas dan kantor baru di sekolah yang dipimpinnya.
“Dengan gedung yang baru dan representatif, kami siap menggali semua nilai-nilai budaya yang pernah ada dan dianggap telah punah. Sekarang anak-anak dapat belajar dengan baik dan nyaman, tak lupa kami haturkan banyak terima kasih kepada Bapak Bupati, Pak Abdon Nababan, serta Fredi Sokoi, yang banyak memberikan dukungan serta dorongan bagi kami untuk terus maju dalam pembinaan generasi muda saat ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari