Sejumlah daerah menolak beras impor, cadangan berlimpah

Beras di Bulog Papua
Beras 10 ton dari Bulog Papua sedang diturunkan dari atas truk – Jubi/Frans L Kobun

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Sejumlah daerah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat dan Banyuwangi Jawa Timur menolak rencana impor beras karena persediaan di daerah melimpah. Bahkan setiap tahun selalu surplus hingga ratusan ribu ton.

Read More

“Kami tegas menolak rencana impor beras, karena persediaan beras hasil produksi petani di sini sudah sangat mencukupi bahkan berlebih, sehingga kami nilai Kabupaten Sukabumi tidak membutuhkan beras dari impor,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sudrajat  Kamis, (25/3/2021) kemarin.

Sudrajat mengatakan  luasan sawah padi yang panen pada Februari 2020 mencapai 40.650 hektare.  Setiap hektare tersebut produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 5,8 hingga enam ton dan dari GKG diproses menjadi beras rata-rata berkurang 30 persen.

“Sehingga dipastikan persediaan melimpah karena produksi beras lebih tinggi dibanding angka kebutuhan warga Kabupaten Sukabumi yang rata-rata setiap bulannya hanya sekitar 21 ribu ton,” kata Sudrajat menambahkan.

Baca juga : Dinas Perkebunan minta pelaku ekspor impor bersinergi

Gubernur ini belajar menabung beras secara tradisional dari masyarakat adat

Dinas Pertanian minta masyarakat Papua tak bergantung pangan impor

Sedangkan pada Maret 2021, luasan tanaman padi yang panen diprediksi mencapai 26 ribu hektare, sehingga akan menambah persediaan beras bahkan bisa untuk mensuplai beberapa daerah lainnya salah satunya Kota Sukabumi.

“Pada tahun 2021 proses produksi lagi bagus-bagusnya karena hampir di seluruh sawah yang sedang ditanami padi, hama dan penyakit hampir tidak ada, ditambah produktivitas sangat baik sehingga hasil diperkirakan melimpah. Maka dari itu, kami anggap impor beras tidak perlu khususnya untuk Kabupaten Sukabumi,” kata Sudrajat menjelaskan.

Sikap menolak impor beras juga disampaikan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang secara tegas menolak beras asing masuk ke daerahnya.

“Banyuwangi tidak perlu impor beras. Di sini selalu surplus,” kata Ipuk, Jumat (26/3/2021).

Menurut Ipuk daerahnya justru kerap menjadi penyuplai beras ke sejumlah daerah lain. Ia sudah rapat dengan dinas terkait untuk menghitung neraca beras yang hasilnya menunjukkan daerahnya tak perlu pasokan beras impor.

Berdasar riset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, konsumsi beras per kapita warga Banyuwangi sekitar 94,47 kilogram per orang per tahun. Bila tahun 2021 ini target produksi sekitar 491.000 ton beras, lalu tingkat konsumsi sekitar 165.000 ton, maka ada surplus 325.000 ton beras. “Dengan surplus yang besar, tentu tidak perlu beras impor masuk Banyuwangi,” ujar Ipuk menjelaskan.

Tercatat pada 2020 Banyuwangi menghasilkann 788.971 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 495.079 ton beras. Dengan tingkat konsumsi beras sebesar 165.411 ton. Sehingga pada 2020 terdapat surplus 329.668 ton beras.

Pada periode Januari hingga Maret 2021, produksi gabah di daerah itu 158.892 ton atau setara 99.705 ton beras dengan tingkat konsumsi sebesar 41.415 ton, sehingga terdapat surplus 58.290 ton beras. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply