Sejak insiden Paniai Berdarah, 18 remaja Papua telah ditembak aparat keamanan

Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,

Jayapura, Jubi – Sejak penembakan di lapangan Karel Gobay, Enarotali Paniai yang menewaskan empat orang pelajar, tercatat 18 remaja Papua berusia 14-19 tahun yang ditembak oleh aparat keamanan, baik oknum anggota kepolisian maupun militer. Delapan diantaranya tewas. Ini menjadi tren baru kekerasan di Papua, selain kasus-kasus penembakan dengan korban warga sipil maupun aparat keamanan di wilayah Kabupaten Puncak Jaya.

Insiden di Lapangan Karel Gobay pada tanggal 8 Desember 2014 ini menewaskan Yulian Yeimo (17), Simon Degei (18), Alpius Gobay (18) dan Alpius Youw (17). Selain empat remaja yang masih tercatat sebagai siswa Sekolah Menengah di Enarotali Paniai ini, beberapa warga sipil lainnya juga terkena peluru tajam dalam insiden ini. Hingga saat ini, Kepolisian Indonesia belum mama mengungkapkan siapa pelaku penembakan meskipun telah lebih dari delapan tim investigasi bekerja untuk kasus ini.

Baca Komnas HAM Duga Tembakan Berasal dari Bandara Enarotali, Tempat Pos Paskhas Berada

Seorang remaja bernama Inter Segenil (16) juga tertembak di Yahukimo pada tanggal 21 Maret 2015. Ia ditembak oleh aparat keamanan paska pembubaran paksa aksi pengumpulan dana yang dilakukan anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Selain Inter, Isai Dapla (37), Salomon Pahabol (47), Titus Giban (39),Simson Giban (42) dan Obang Sengenil (48) juga terkena tembakan dalam insiden ini.

Baca KNPB: Polda Papua Bertanggungjawab Terhadap Enam Warga Sipil yang Ditembak di Yahukimo

Kamis 25 Juni 2015, satu remaja tewas bernama Yoseni Agapa (15) dan tujuh orang luka-luka saat beberapa orang berpakaian preman melakukan penembakan terhadap delapan warga sipil di Ugapuga, Kamu. Timur, Kabupaten Dogiyai. Lima dari tujuh korban luka ini berusia remaja yaitu Melianus Mote (16), Podepai Agapa (14), Yulius Agapa (17), Yunias Agapa (16), Feri Goo (15). Dua korban lainnya adalah Neles Douw dan Menki Agapa. Penembakan ini terjadi setelah kejadian pemalangan jalan yang dituduhkan kepada para remaja ini.

Penembakan di Dogiyai, Satu Orang Tewas dan Tujuh Orang luka-luka

Tanggal 17 Juli 2015, terjadi insiden saat pelaksanaan Sholat Ied di Karubaga, Tolikara. Pemuda Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang sedang melaksanakan kegiatan Gereja sejak tanggal 13-19 Juli di Karubaga, bermaksud melakukan negosiasi dengan umat Muslim karena pelaksanaan Shoat Ied dilakukan di lapangan dengan menggunakan pengeras suara, ditembaki oleh aparat keamanan yang ikut menjalankan Sholat Ied. Akibatnya, Edi Wanimbo, remaja 15 tahun meninggal dunia dengan peluru panas bersarang diperutnya. Delapan orang lainnya juga terluka tembak dalam insiden ini.

Baca Ini Kronologis Insiden Tolikara versi Masyarakat Karubaga

Baca Ini Nama Sembilan Korban Penembakan Aparat Keamanan di Karubaga

Kembali penembakan yang memakan koran remaja terjadi di Timika pada tanggal 28 Agustus 2015 di. Martinus Imaputa (17) seorang pelajar terkena tembakan pada dada kiri dan Amalia Apoka (wanita 19 tahun) terkena tembakan pada kaki kanan oleh anggota TNI dari Kodim 1701 Timika. Dua orang meninggal dunia dalam insiden yang terjadi setelah penyelenggaraan malam kesenian adat suku Kamoro di Koperapoka, dengan menampilkan acara “tifa duduk” (menabuh tifa dalam posisi duduk/kadang berdiri sambil menyanyikan lagu adat dan menari, yang biasanya berlangsung semalam suntuk). Kedua korban meninggal dunia ini adalah Imanuel Herman Mairimau (23)dan Yulianus Okoware (23).

Inilah Kronologis Penembakan Tujuh Warga Versi Keuskupan Timika

Kalep Zera Bagau (18), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Petra, Timika dan Efrando I.S.Sabarofek (17) yang juga siswa SMK Petra, Timika, menjadi koran berikutnya. Keduanya ditembak oleh anggota Kepolsian Indonesia pada 28 September 2015. Kalep kemudian meninggal dunia karena penembakan yang terjadi di Gorong-Gorong Timika ini. Kedua remaja ini disebutkan oleh polisi terlibat dalam penyerangan rumah seorang warga Timika. Namun pihak keluarga mengatakan keduanya tidak ada kaitannya dengan penyerangan dan pembakaran rumah warga tersebut.

Baca Penembakan Timika, Polda Papua Libatkan Puslabfor

Tahun 2016, Otinus Sondegau (16) ditembak oleh anggota Brimob Polda Papua di Sugapa hingga tewas. Ia tewas setelah ditembak polisi di dopant rumahnya sendiri pada tanggal 27 Agustus 2016 ketelah dituduh terlibat pemalangan di Pasar Sugapa. Akibat penembakan ini, keluarga Otinus marah dan masyarakat Sugapa membakar Polsek Sugapa.

Pemuda Tewas Ditembak Brimob, Warga Bakar Polsek Sugapa

Dan pada bulan September ini, tepatnya tanggal 14, Melky Balagaize (19 tahun) dipukul dan ditembak oleh dua orang oknum Polisi Air dan Udara (Polairud/Polair) di Wanam Wogikel, Distrik Ilwayab-Merauke, sepulang dari Klub Karoke bersama teman-temannya. Polisi mengatakan Melky sedang dibawah pengaruh miras dan membuat keributan dengan membawa senjata tajam berupa parang sambil mengejar warga setempat. Namun keterangan polisi ini dibantah keluarga Melky. Seimon Petrus Balagaize, kakak Melky mengatakan oknum Polair yang menganiaya dan menembak Melky juga dalam keadaan mabuk.

Keluarga Bantah Penembakan di Wanam-Merauke versi Polisi

Dari kasus-kasus ini tercatat hanya tiga kasus yang diproses hukum dan etik oleh masing-masing institusi dimana pelaku bernaung. Tiga kasus tersebut yakni, kasus Koperapoka yang melibatkan anggota TNI, kasus Gorong-Gorong yang melibatkan anggota polisi dan kasus Sugapa yang melibatkan anggota Brimob Polda Papua. (*)

Related posts

Leave a Reply