Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sebelas tahun berjuang, tercatat 60 Anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB) gugur.
Juru Bicara Nasional KNPB, Ones Nesta Suhuniap mengatakan, anggota yang gugur dalam perjuangan akibat menjadi korban penembakan, penyiksaan hingga penangkapan oleh aparat keamanan.
“Usia ke 11 tahun 60 anggota KNPB gugur dari sejak tahun 2009 sampai 2019. Orang pertama adalah Erick Logo Sebagai ketua Eksodus dari Indonesia tengah hingga rentetan gugur hingga Yeki Gobay ketua I KNPB Paniai. Mereka gugur dalam perjuangan Papua merdeka,” kata Ones Nesta Suhuniap pada memperingati Hut KNPB ke 11 tahun di Kampung KNPB, Selasa (19/11/2019).
Ia menambahkan, puluhan orang yang tewas dalam perjuangan merupakan konsekuensi berjuang sebagai aktivis Papua merdeka.
Pengorbanan itu dilakukan untuk membawa keluar rakyat Papua dari kolonialisme Indonesia dan penentuan nasib sendiri.
“Banyak kawan-kawan pejuang kami yang tewas adalah itu risiko sebagai pejuang yang harus diterima dalam perjuangan. Walaupun banyak aktivis KNPB dibunuh tetapi kami tidak akan mundur, tetapi kami akan tetap berjuang bersama rakyat Papua sampai Papua Merdeka melaui penentuan nasib sendiri,” beber Ones.
Meski begitu, perjuangan orang asli Papua tak juga surut. Kata Ones, rakyat Papua akan tetap maju dan berjuang untuk merebut kemerdekaan melalui penentuan nasib sendiri.
“Kita tidak kemana-mana tetapi kami ada dimana-mana bersama rakyat Papua untuk penentuan nasib sendiri bagi bangsa Papua” tegasnya.
Sementara itu, Ketua KNPB Wilayah Yahukimo, Sengberth Bahabol mengatakan HUT KNPB ke 11 tahun ini menjadi pengingat untuk terus melawan penjajah Indonesia.
“Kita berpikir bahwa usia 11 tahun ini, secara manusia masih berumur anak SD, tetapi dalam agenda pejuangan, kami KNPB sudah dewasa. Karena perjuangan kami ditakuti oleh Indonsia hari ini. Maka perjuangan kami KNPB adalah benar sampai dengan usia ke 11 tahun ini,” kata Sengberth.
Dengan usia yang menuju dewasa ini ia meminta kepada aktivis KNPB dan simpatisan agar tetap fokus pada agenda.
“Ketika organisasi tetap solid maka lawan kita sulit untuk memecah belah kita dalam perjuangan dengan membentuk organisasi tandingan atau perlawanan. Kami juga sampaikan terima kasih karena kita tetap solid,” katanya.(*)
Editor : Edho Sinaga