Papua No. 1 News Portal | Jubi
Almaty, Jubi – Rusia mulai menarik pasukan militer keluar dari Kazakhstan setelah dikerahkan selama seminggu untuk merespons kerusuhan terburuk di negara itu.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pekan lalu meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) setelah protes damai berubah menjadi kekerasan di banyak kota besar.
“Berkat kedatangan Anda, militer Kazakhstan dan pasukan keamanan dapat melaksanakan tugas mereka untuk segera menemukan dan menahan para bandit,” kata Wakil Menteri Pertahanan Kazakhstan Mukhamedzhan Talasov kepada pasukan CSTO, dikutip Antara dari Reuters Kamis, (13/1/2022) kemarin.
Baca juga : Demonstrasi berakhir rusuh di Kazakhstan Presiden Tokayev perintahkan tembak mati
Rusia dukung militer Myanmar korban sipil tewas mencapai 91 orang
Rusia akan pasok perangkat dan pesawat militer ke junta Myanmar
Pihak berwenang Kazakhstan mengumumkan penyelesaian dari apa yang mereka sebut “operasi antiteroris” di sebagian besar negara itu pada Rabu (12/1), meskipun mereka belum menyatakan kota terbesar, Almaty, sepenuhnya aman.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyatakan keprihatinannya atas pengerahan pasukan Rusia, pernyataan yang memicu kemarahan Kremlin, kantor presiden Rusia.
Tidak jelas berapa banyak dari sekitar 2.500 pasukan yang dikirim oleh CSTO itu yang segera meninggalkan Kazakhstan. Aliansi tersebut mengatakan bahwa kontingen penjaga perdamaian akan membutuhkan waktu 10 hari untuk mundur sepenuhnya.
Pasukan CSTO pertama kali dikerahkan ke gedung-gedung pemerintah di Ibu Kota Nur-Sultan, yang jauh dari pusat kerusuhan. Mereka kemudian menjaga beberapa objek infrastruktur utama di Almaty, seperti pembangkit listrik besar.
Pihak berwenang telah menahan hampir 10 ribu orang atas kerusuhan. Selama kekacauan itu, beberapa pengunjuk rasa menyerang pasukan keamanan, merebut dan membakar gedung-gedung pemerintah, dan menjarah toko-toko. Otoritas setempat mengatakan beberapa penyerang adalah orang asing yang dilatih oleh kelompok militan Islam.
Meski tidak memerinci siapa orang asing yang dimaksud. Sementara itu, sang presiden telah memecat beberapa pejabat keamanan seniornya, yang kemudian didakwa melakukan pengkhianatan.
Sebagian masyarakat Kazakhstan setuju dengan komentar Blinken bahwa Kazakhstan mungkin akan kesulitan menyingkirkan pasukan Rusia setelah membiarkan mereka masuk. Namun, pemerintah mengatakan tidak ada pasukan asing yang akan tetap berada di negara itu setelah 23 Januari. (*)
Editor : Edi Faisol
