Rusia disebut uji lumba-lumba untuk tentara perang Suriah

Lumba lumba, papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi –  Angkatan bersenjata Rusia dilaporkan menggelar uji coba pasukan lumba-lumba dalam perang saudara di Suriah.  Laporan Al Monitor yang mengutip Forbes, Rabu (22/7/2020) menyebutkan citra satelit menunjukkan kandang prajurit lumba-lumba terlihat berada di pangkalan Angkatan Laut Rusia di Tartus, Suriah, pada sekitar akhir 2018.

Read More

Peneliti intelijen pertahanan, H. Sutton, menyatakan unit pasukan mamalia laut itu kemungkinan besar berasal dari armada AL Rusia yang bermarkas di Laut Hitam, dekat Sevastopol, Krimea. Dia memperkirakan unit tempur itu dibawa untuk ditugaskan menghalau pasukan musuh yang hendak melakukan sabotase terhadap kapal perang Rusia atau pangkalan, atau untuk mengambil sebuah obyek di laut.

Menurut penelitian Sutton, kandang lumba-lumba itu terlihat berada antara September sampai Desember 2018. Melihat dari masa yang singkat, dia memperkirakan mereka sedang menjalani uji coba atau gagal saat menjalankan tugas.

Baca juga : Anak anjing laut ditemukan terjerat jaring

Rusia bebaskan paus hasil tangkapan

Angkatan bersenjata Rusia dikenal kerap melatih mamalia laut untuk keperluan militer. Selama era Perang Dingin, AL Uni Soviet disebut melatih lumba-lumba yang menggunakan kemampuan pendengaran melalui sonar untuk mencari ranjau laut atau mendeteksi keberadaan kapal selam musuh.

Bahkan menurut laporan The Guardian yang mengutip pengakuan seorang mantan perwira menengah militer Rusia, mereka juga melatih mamalia laut untuk memasang peledak di kapal musuh. Setelah Rusia menaklukkan dan merebut kawasan Krimea, mereka juga mengambil alih fasilitas pelatihan lumba-lumba milik Angkatan Laut Ukraina pada 2014.

Pada 2016, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan mereka membeli tiga ekor lumba-lumba jantan dan dua ekor lumba-lumba betina hidung botol seharga US$26 ribu (sekitar Rp384 juta) untuk dikirim ke Sevastopol.

Pada April 2019, seorang nelayan yang sedang melaut di lepas pantai Norwegia menemukan seekor paus beluga yang mengenakan sebuah sabuk khusus. Diduga mamalia itu lepas dari fasilitas penangkaran AL Rusia.

Keterlibatan Rusia dalam perang Suriah sudah terjadi sejak September 2015. Presiden Suriah, Basyar al-Assad, yang meminta langsung kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, membantu mereka dalam menghadapi pemberontakan. Suriah dan Rusia memang sudah menjalin hubungan diplomatik dan pertahanan yang erat sejak lama.

Rusia mengerahkan pasukan khusus, tentara bayaran sampai mesin-mesin tempur kelas wahid untuk menggempur perlawanan kelompok pemberontak dan milisi lain. Mereka turut membantu mendesak pemberontak mundur dari markas utamanya di Idlib pada Desember 2019, dan memaksa sekitar 1 juta warga sipil yang sebagian besar perempuan dan anak-anak mengungsi. (*)

CNN Indonesia

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply