Papua No. 1 News Portal | Jubi
“Perburuan yang terus meningkat, banyak rusa yang berimigrasi ke Papua Nugini”
Rusa memang bukan hewan endemik asli di Kabupaten Merauke, Papua tetapi kota ini mendapat julukan kota Rusa. Padahal hewan ini sendiri pertama kali dimasukan oleh orang Belanda pada 1928. Saat itu populasi rusa, Cervus timorensis, meledak secara dramatis di dataran tenggara Papua.
Hal ini ditulis Ronald G Petocz dalam bukunya berjudul Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya.
“Segera sekumpulan rusa itu menjadi sumber protein utama bagi kebanyakan penduduk di daerah itu, dan diburu secara besar besaran,” tulis Petocz.
Selanjutnya, tulis Petocz, binatang rusa ini dibawa pula ke Manokwari dan sejak itu populasi rusa berkembang sangat luar biasa. Mulai dari Teluk Papua sampai semenanjung Onin, bahkan di utara Papua rusa berkembang ke arah barat sampai ke sepanjang pantai kepala burung, ke pegunungan Tamrau dan Arfak.
Namun perburuan rusa yang sangat besar di Merauke, hingga menyebabkan banyak rusa dari Papua Barat menyeberang ke wilayah perbatasan Papua Nugini. Apalagi di negara tetangga perburuan rusa tak segencar di Kota Merauka, terutama Taman Nasional Wasur.
Tak heran kalau Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, pernah mengatakan selama ini di Kabupaten Merauke terkenal dengan banyak rusa. Namun karena perburuan yang terus meningkat banyak rusa yang berimigrasi ke Papua Nugini.
“Ya, kalau dibandingkan dengan beberapa tahun silam, rusa masih banyak ditemukan di hutan-hutan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, nyaris tidak ditemukan karena perburuan liar yang dilakukan secara terus menerus,” katanya kepada arsip.jubi.id, beberapa waktu lalu.
Sementara di Papua Nugini, populasi rusa terus meningkat hingga banyak warga dari Papua Nugini yang datang ke perbatasan dengan Kota Merauke di Sota. Mereka datang untuk menjual gelembung ikan dan tanduk rusa. Setelah mendapatkan uang, mereka dapat menggunakan dan atau memanfaatkan berbelanja berbagai kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir, maupun sabun.
Rusa yang pertama kali dibawa oleh orang Belanda ini termasuk jenis rusa tropis dengan berat badan dari 40 sampai 120 kilogram. Rusa timorensis juga memiliki tinggi dari 91 sampai 102 sentimeter. Rusa ini kalau bunting selama delapan bulan dan hanya mempunyai satu ekor anak saja.
Hal ini sesuai dengan pernyataan warga suku Kanum Marind di Taman Nasional Wasur bahwa rusa itu bukan anjing yang sekali beranak dapat anak tetapi rusa hanya beranak satu ekor saja.
Sedangkan untuk penyapihan induk rusa pada bayi rusa dari enam sampai delapan bulan. Rusa jantan mempunyai tanduk bercabang dan rusa tomorensis dewasa akan bereproduksi pada umur 18 sampai 24 bulan.
Rusa asal Timor in dapat bertahan hidup sampai 15-20 tahun sedangkan rusa jantan lebih besar dari rusa betina. Apalagi rusa ini hidup di wilayah paling kering di selatan Papua, menurut Petocz, mengandung ragam hutan sabana. Tercatat sekitar 70 persen dari total luas taman terdiri sabana. Sedangkan vegetasi yang tersisa adalah hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, dataran berumput dan hutan rawa sagu yang membentang luas. Tanaman yang dominan termasuk bakau, Terminalia, dan Melaleuca jenis.
Taman ini menyediakan habitat bagi berbagai variasi besar hingga 358 spesies burung di mana sekitar 80 spesies di antaranya adalah endemik pulau tersebut Papua Nugini.
Keanekaragaman ikan juga tinggi di wilayah ini dengan sekitar 111 spesies ditemukan di kawasan eko dan sebagian besar tercatat dari Wasur. Lahan basah taman ini menyediakan habitat bagi berbagai spesies lobster dan kepiting.
Spesies fauna umum termasuk walabi tangkas,Burung beo Pesquet, kasuari selatan, merpati mahkota biru, cenderawasih yang lebih besar, raja cenderawasih, cenderawasih merah, Buaya Nugini, dan buaya air asin.
Taman Nasional Wasur merupakan habitat sejumlah spesies langka dan endemis jenis. Tercatat Merah spesies yang diketahui hadir dalam populasi yang layak adalah merpati mahkota selatan, Elang harpy Nugini, pademelon kehitaman, bangau berleher hitam, Fly River grassbird dan sedikit ikal. Tiga trans-Terbang Jenis burung endemik telah tercatat, termasuk Fly River grassbird dan munia abu-abu
Pengenalan file rusa rusa ke Papua oleh Belanda di Merauke pada tahun 1928, menyebabkan penyebaran yang luas dari spesies ini ke sebagian besar pesisir selatan pulau. Menurut masyarakat adat taman nasional, hal ini menyebabkan perubahan besar pada ekosistem lokal, termasuk berkurangnya rerumputan rawa yang tinggi dan akibatnya berhenti berkembang biak. Pelikan Australia dan murai angsa, pengurangan Phragmites spesies buluh, dan penyebaran luas Melaleuca ke padang rumput terbuka. (*)
Editor: Angela Flassy