Papua No.1 News Portal | Jubi
Oleh Jon Letman
Ketika Siklon Tropis Pam menghancurkan Vanuatu dan bangunan-bangunan beton runtuh, atap seng mereka tertiup angin, tidak ada korban jiwa dalam struktur bangunan yang didirikan secara tradisional, yang dikenal dalam bahasa lokal sebagai saeklon haos atau rumah siklon.
Meskipun biasanya struktur itu hanya bisa menampung maksimal enam orang, selama serangan siklon itu pada 2015, hingga 30 penduduk desa bisa berkumpul didalamnya, mereka siap untuk menguatkan dan menopang tiang rumah itu dari dalam jika diperlukan.
Siklon Pam adalah badai paling merusak yang pernah melewati di negara itu, menyebabkan sekitar 65.000 orang harus evakuasi, dan merusak atau menghancurkan sekitar 17.000 bangunan.
Jean Pascal Wahe, kepala pusat kebudayaan lokal di Provinsi Tafea, menceritakan bahwa, setelah Pam berlalu, saeklon haos di desanya masih berdiri teguh, menjaga ia dan penduduk desa lainnya tetap aman, bahkan ketika masyarakat lainnya dibunuh oleh atap besi atau seng.
“Saeklon haos itu sudah cukup bagi kita untuk menaungi kita di saat baik maupun buruk.”
Saeklon haos adalah bangunan dengan satu kamar, dibangun sebagai tempat untuk tidur, dan seringkali merupakan bagian dari kompleks tempat tinggal di pedesaan yang mencakup dapur terpisah, smol haos (jamban), dan tempat untuk mandi. Semakin meningkat akhir-akhir ini, bangunan tradisional ini berdiri di samping bangunan yang dibangun dengan semen, atap seng yang bergelombang, dan bahan-bahan non-tradisional lainnya.
Melangkah ke dalam saeklon haos, yang disebut kwipehe dalam bahasa Nafe, salah satu dari tujuh bahasa asli Tanna, Wahe menunjuk ke langit-langit rendah yang dibuat dari pelepah kelapa dan waelken (rotan liar), sejenis rumput rumput dari genus Miscanthus.
Dinding-dinding sampingnya disusun dari potongan bambu yang diratakan dan ditenun menjadi panel berpola silang. Rangka rumah itu terdiri dari tiang, balok, dan kasau yang dikubur di tanah. Setiap aspek dari rumah itu dibuat dari tanaman tertentu yang dipilih karena kelenturan dan daya tahannya. Tidak menggunakan paku modern, rumah itu diikat dengan tali yang terbuat dari tanaman merambat yang dipanen di hutan.
Terlepas dari berbagai kelebihan yang dimiliki oleh saeklon haos, yang dapat dibangun oleh dua atau tiga orang dalam waktu sekitar seminggu, struktur ini hampir tidak pernah terdengar di dua kota besar Vanuatu, Port Vila dan Luganville, di mana lebih banyak rumah didesain bergaya Barat modern, dilengkapi dengan pipa ledeng , listrik, dan dibagi menjadi kamar-kamar, lebih umum ditemukan. Tapi bangunan ini juga menyerap panas dan bisa menyesakkan napas, bahkan di malam hari.
Sebaliknya, bahan-bahan alami yang digunakan dalam saeklon haos dan bangunan kastom lainnya itu efektif untuk menyekat udara yang panas serta dinginnya musim dingin, sedangkan dinding yang terbuat dari jerami, ditenun, atau dijalin dengan bahan berbasis tanaman alami yang memungkinkan masuknya udara lewat sela-sela.
Di Vanuatu, di mana pertanian, perikanan, dan gaya hidup tradisional non-komersial lebih umum, melestarikan pengetahuan tentang hutan dan tanaman yang ada di dalamnya itu sangat penting untuk mempertahankan kemampuan membangun rumah-rumah kastom.
Dr. Gregory Plunkett, seorang ahli botani dari The New York Botanical Garden, yang mempelajari penggunaan tanaman-tanaman tradisional, sebagai bagian dari proyek kolaboratif Plants and People of Vanuatu, bercerita bahwa sejak ia mulai bekerja di Vanuatu pada tahun 2003, ia mengamati rumah-rumah modern yang dibangun dari semen, baja, dan lembaran seng bergelombang telah meningkat kepopulerannya. Tetapi ini berubah sejak Siklon Tropis Pam, sejak itu ia melihat rumah-rumah kastom mulai kembali dibangun.
Dalam waktu satu atau dua tahun setelah Pam, Plunkett berkata bahwa setiap desa yang ia kunjungi telah membangun atau sedang membangun saeklon haos yang baru.
“Tepat setelah siklon itu, orang-orang jadi mengerti betapa pentingnya saeklon haos untuk kelangsungan hidup mereka, dan dari situ lah minat untuk membangunnya kembali bermunculan,” jelas Plunkett. “Ini adalah bagian dari kembalinya kesadaran tentang pentingnya hutan.”
Tidak seperti pohon kelapa dan bambu yang lebih banyak tersedia, banyak tanaman yang memberi kekuatan bagi rumah-rumah saeklon haos hanya bisa ditemukan di hutan lebat. “Orang-orang menyadari bahwa tanpa menjaga hutan, mereka tidak dapat mempertahankan budaya tradisional mereka,” ungkap Plunkett.
Berupaya untuk melestarikan penggunaan rumah kastom di Aneityum, pulau berpenghuni paling selatan Vanuatu, ada Wopa Nasauman, saudaranya Anon, dan ayahnya Tavet. Nasauman adalah orang yang serba bisa, terampil dalam berburu, memancing, bertani, mengumpulkan tanaman, dan membangun rumah-rumah tradisional seperti yang dibangun ayahnya sebelum Pam menyerang dimana ia dan orang lain berlindung.
Di kompleks yang sama, Nasauman menunjukkan bagaimana rumah kastom yang tidak memiliki paku, diikat dengan tali anggur yang dilunakkan di atas api, dan kemudian dijalin dengan erat untuk memastikan rumah itu akan teguh.
Nasauman dan ayahnya menghitung semua tanaman merambat berbeda yang mereka gunakan untuk mengamankan rumah itu. Mereka menghitung lima jenis tali, beberapa dilunakkan dengan api, yang lainnya dengan air laut.
Dengan pengetahuannya tentang tanaman hutan serta kemampuannya membangun rumah kastom yang kuat, Nasauman merasa ia siap menghadapi badai yang paling dahsyat sekalipun, seperti yang ia katakan “dalam rumah ini, jika kalian bisa berada dalam sini selama siklon, kalian tidak akan mendengarkan suara desiran angin sama sekali.” (The Guardian)
Jon Letman adalah seorang penulis lepas yang tinggal di Hawai’i.
Editor: Kristianto Galuwo