Raih Nobel Sastra 2019, penyangkal genosida panen status persona non grata

Peter Handke saat menerima Hadiah Nobel Kesusastraan 2019, Selasa (10/12/2019). - youtube.com/Nobel Prize
Peter Handke saat menerima Hadiah Nobel Kesusastraan 2019, Selasa (10/12/2019). – youtube.com/Nobel Prize

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Beograd, Kamis – Bosnia dan Herzegovina pada Rabu (11/12) mengumumkan penulis Austria Peter Handke ditetapkan sebagai orang yang tidak diterima di Bosnia dan Herzegovina. Peter Handke dinyatakan Bosnia dan Herzegovina berstatus persona non grata setelah dianugerahi Hadiah Nobel Kesusastraan 2019 pada Selasa (10/12/2019). Selain itu, Kosovo juga telah menetapkan Peter Handke berstatus persona non grata di negara mereka.

Read More

Bosnia dan Herzegovina memutuskan status persona non grata bagi Peter Handke karena sang penulis dianggap menjadi pendukung pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic. Peter Handke juga dinilai telah mendukung kejahatan kemanusiaan dan genosida yang dilakukan Slobodan Milosevic terhadap rakyat Bosnia dan Herzegovina.

“Yang terburuk ialah bahwa Peter Handke belum mengubah penolakan masa lalunya,” kata Majelis Canton Sarajevo, Ibu Kota Bosnia dan Herzegovina, di dalam satu pernyataan setelah pemungutan suara.

Penganugerahan Nobel Kesusastraan 2019 bagi Peter Handke menjadi kontroversi, karena Peter Handke menyangkal fakta genosida yang terjadi di Bosnia pada 1993 – 1995. Alih-alih mengecam genosida itu, Handke justru berpendapat muslim Bosnia di Sarajevo “bunuh diri” melawan tentara Slobodan Milosevic.

Ketika Slobodan Milosevic menjalani pengadilan internasional di Den Haag atas kejahatan perang dan pemusnahan suku, Peter Handke juga secara terbuka menyatakan dukungannya bagi Milosevic. Milosevic telah meninggal pada 2006, saat menjalani pengadilan internasional di Den Haag itu.

Bukan hanya Bosnia dan Herzegovina yang marah atas penganugerahan Hadiah Nobel Kesusastraan 2019 bagi Peter Handke. Media daring theguardian.com melaporkan Kosovo juga telah menetapkan status persona non grata bagi Peter Handke.

Dokter Christina Doctare dari Swedia mengembalikan Hadiah Nobel Perdamaian yang diterimanya pada 1988 kepada Royal Swedish Academy untuk memprotes penganugerahan Nobel bagi Handke. Christina Doctare adalah anggota tim pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa selama perang Bosnia.

Duta besar Turki, Albania, Kosovo dan Kroasia untuk Swedia memboikot upacara penyerahan Nobel kepada Handke. Penghargaan Nobel Kesusastraan 2019 diserahkan kepada Handke pada Selasa (10/12/2019). Presiden Kroasia-Bosnia, Zeljko Komsic menyebut hadiah Nobel bagi Handke itu seperti sebuah pujian bagi pemusnahan suku di Srebrenica.

Hanya Presiden Serbia Aleksandar Vucic yang menyambut baik penganugerahan Nobel bagi Handke. Aleksandar Vucic mengucapkan selamat kepada Handke karena berhasil meraih Nobel Kesusastraan 2019.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply