Papua No. 1 News Portal | Jubi
Manokwari, Jubi – Plt. Kepala Dinas Sosial Provinsi Papua Barat, Marthen L.Tironi, mengatakan, tindak lanjut dari program prioritas Pemerintah Papua Barat dalam pemanfaatan dana Otonomi Khusus (Otsus), khususnya bagi mama-mama asli Papua pedagang pinang dan usaha rumah tangga lainnya di Papua Barat terus dikembangkan melalui bidang teknisnya.
“Perhatian serius Gubernur Dominggus Mandacan kepada mama-mama Papua, dalam pemanfaatan dan pengelolaan dana otsus, sedang dilaksanakan melalui Bidang pemberdayaan dan kesejahteraan sosial, Dinsos Papua Barat,”ujar Tironi, kepada wartawan di Manokwri, Rabu (28/10/2020), kemarin.
Dalam setahun berjalan, sebut Tironi, telah dibangun ratusan pondok (los) permanen untuk mama Papua yang terdata sebagai penjual pinang, dan usaha kecil lainnya. Pembangunan fisik los jualan dibangun secara bertahap di seluruh Papua Barat.
“Lewat APBD-P, tahun ini masih ada penambahan puluhan bangunan Los jualan mama Papua tersebar di depan pelabuhan, di komplek Marina, dan pondok jualan ikan di Sowi IV,” sebutnya.
Dia juga mengatakan, selain pembangunan Los permanen, mama Papua di Papua Barat [pedagang pinang], juga akan diberi suntikan modal usaha sebesar Rp10 juta per orang.
Dalam pengelolaan modal tersebut, pun akan didampingi langsung oleh tenaga teknis di bidang pemberdayaan dan kesos dan [mitra] perbankan, tentang sistem pembukuan.
“Bapak Gubernur, juga arahkan agar ada pemberian modal usaha kepada mama Papua di Papua Barat sebesar Rp10 juta per orang. Pemberian modal usaha inipun bersumber dari dana Otsus, yang akan diserahkan langsung oleh Gubernur pada saat peresmian Los jualan secara serentak di awal tahun 2021,” ujar Tironi.
Sementara, mama Mersy Rumsayor, salah satu mama Papua pedagang pinang di depan pelabuhan laut Manokwari, mengatakan kehadiran Provinsi Papua Barat dan pemerataan pembangunan baru dapat dinikmati oleh mama Papua [khusus] pedagang pinang, sayur dan ikan, dengan tersedianya pondok jualan permanen oleh kebijakan Gubernur Mandacan.
“Saya jualan pinang sejak tahun 1994 hanya pakai meja kayu tanpa atap, dan di tahun 2020 ini saya bersyukur karena Pemerintah bisa bangun pondok jualan yang sangat nyaman, apalagi akan ada tambahan modal usaha dari bapak Gubernur lewat uang Otsus,” kata mama Rumsayor.
Dia berkisah, bahwa selain bergelut sebagai penjual pinang, suaminya kerja sebagai tenaga kerja bongkar muat (buruh) di pelabuhan laut Manokwari, untuk penuhi kebutuhan rumah tangga mereka beserta 8 (delapan) orang anak.
“Anak saya delapan, suami saya kerja sebagai buruh di pelabuhan, usaha yang ada ini [jualan pinang] tambah upah harian suami, hanya cukup biayai delapan anak kami sekolah sampai tamat SMA saja,” ujar Mama Rumsayor berkisah. (*)
Editor: Edho Sinaga