Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Politikus sosialis Pedro Castillo menjadi presiden terpilih Peru usai resmi menang dalam putaran kedua pemilihan umum 6 Juni lalu. Ia sebagai simbol partai sosialis yang memantapkan langkah sebagai sang anak petani miskin di panggung politik.
Castillo disebut menjadi presiden pertama Peru yang berasal dari kalangan menengah ke bawah dan tanpa memiliki hubungan serta koneksi dengan para elite pemerintahan.
Baca juga : Jejak kepemimpinan Presiden Jacques Chirac di Pasifik
Ini profil perdana menteri baru Malaysia
Lloyd Austin Menhan kulit hitam dapat persetujuan senat AS
Ia merupakan anggota serikat buruh sayap kiri berusia 51 tahun. Namanya tidak dikenal sampai dia memimpin demonstrasi massa besar empat tahun silam yang berhasil memaksa pemerintahan Peru saat itu menaikkan upah buruh.
Castillo lahir dari keluarga petani di Puna, desa kecil yang terletak di kawasan bersejarah Cajamarca. Di sana, ia tumbuh besar hingga meniti karier sebagai guru selama 24 tahun. Semasa kecil, Castillo tumbuh besar dengan terbiasa membantu orang tuanya bertani. Ia bahkan mesti berjalan beberapa kilometer setiap hari untuk sekolah.
“Ini adalah pertama kalinya negara ini akan diperintah oleh seorang petani, seorang yang termasuk dalam kelas tertindas,” kata Castillo dalam pidato di hari pelantikannya pada Rabu (28/7/2021).
Saat pelantikan mengenakan topi sombrero putih merek Cajamarca dan setelan khas orang pegunungan Andes berwarna hitam.
Castillo memang dikenal nyentrik dan memiliki gaya unik nan sederhana. Di acara yang tidak terlalu formal, Castillo suka mengenakan ponco dan sepatu terbuat dari ban daur ulang.
Ia juga gemar menunggang kuda, bahkan saat sebagian besar kampanye kepresidenannya. Ia berupaya menyuarakan rasa frustrasi rakyat Peru, terutama kaum menengah ke bawah.
“Tidak ada lagi orang miskin di negara kaya,” kata Castillo dalam salah satu kampanyenya bersama Partai Peru Libre. Semasa kampanye, Castillo bahkan berjanji tak akan mengambil gajinya sebagai presiden dan bertahan hidup dari penghasilannya sebagai guru.
Menurut seorang analis politik Peru, Hugo Otero, Castillo merupakan “presiden miskin pertama Peru.”
AFP melansir Castillo sendiri merupakan pengikut Katolik konservatif yang sangat menentang pernikahan sesama jenis, aborsi elektif, dan eutanasia. Dia sering mengutip Alkitab dan memiliki sejumlah lukisan Yesus di rumah sederhananya di dusun Chugur, Cajamarca.
Dalam kampanye politiknya, Castillo berjanji menciptakan satu juta lapangan pekerjaan dalam setahun dan bersumpah menasionalisasikan sejumlah perusahaan tambang.
Castillo juga berencana membentuk investasi publik untuk menghidupkan kembali ekonomi melalui proyek infrastruktur, pengadaan publik dari usaha kecil, dan mengurangi impor yang memengaruhi industri nasional dan petani. Ia bahkan sempat menjadi kontroversi saat kampanye lantaran berjanji mengusir orang asing ilegal yang melakukan kejahatan di Peru.
Komentar itu dinilai banyak pihak merupakan peringatan Castillo kepada ratusan ribu imigran Venezuela yang tidak berdokumen dan mengungsi ke negaranya sejak 2017.
Meski demikian, Castillo tetap mengejutkan banyak orang lantaran berhasil meraup suara terbanyak dari 18 kandidat presiden lain, termasuk pesaing terberatnya politikus sayap kanan Keiko Fujimoro, dalam putaran pertama pemilihan umum. Dalam putaran kedua pemilu pada 6 Juni lalu, Castillo juga berhasil menang tipis dari Fujimoro dengan perbandingan 50,13 persen dan 49,8 persen suara. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol