Eksekutif Nissan dan pejabat Jepang dikejutkan oleh keputusan pemerintah Prancis untuk meningkatkan hak suaranya di Renault pada tahun 2015.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Mantan bos Nissan Carlos Ghosn, menuding Presiden Prancis Emmanuel Macron memperburuk hubungan antara Renault dan Nissan, serta berkontribusi pada pemecatan dirinya. Keterlibatan Macron terjadi pada lima tahun lalu saat menjabat sebagai menteri ekonomi.
Reuters melansir pada Kamis, (9/1/2020) bahwa Ghosn mengatakan bahwa eksekutif Nissan dan pejabat Jepang dikejutkan oleh keputusan pemerintah Prancis untuk meningkatkan hak suaranya di Renault pada tahun 2015.
“Ini meninggalkan kepahitan besar. Tak hanya dengan manajemen Nissan, tetapi juga pemerintah Jepang, dan di sinilah masalahnya dimulai,” kata Ghosn, meskipun ia tidak menyebut nama Macron.
Baca juga : Macron usulkan Ceo Atos sebagai wakil Prancis di komisioner EU
Macron peringatkan Rouhani tentang kosekuensi jika kesepakatan melemah
Presiden Macron desak Iran bebaskan warga Prancis
Kantor Macron tidak menanggapi permintaan komentar untuk berita ini. Pada April 2015, sebagai menteri berusia 37 tahun dengan ambisi presiden yang saat itu tidak diketahui. Macron memerintahkan kenaikan kepemilikan negara bagian di Renault, yang dirancang untuk mengamankan hak suara ganda.
Langkah itu memungkinkan Prancis untuk memblokir minoritas di Renault, yang pada gilirannya mengendalikan Nissan melalui 43,4 persen sahamnya di perusahaan Jepang.
Dalam pertarungan dewan selama delapan bulan berikutnya antara kementerian Macron dan Hiroto Saikawa – komandan kedua Nissan pada saat itu – Ghosn melihat benih kejatuhan eksekutif Franco-Lebanon.
Pria berusia 65 tahun itu melarikan diri dari Jepang bulan lalu ketika ia menunggu persidangan atas tuduhan penghasilan yang tidak dilaporkan, pelanggaran kepercayaan dan penyalahgunaan dana perusahaan, yang semuanya ia bantah.
Dia sekarang berada di Libanon, tempat ia dia berbicara kepada media internasional untuk kali pertama.
“Mulai ada semacam pembangkangan dari rekan-rekan Jepang kami, tidak hanya tentang aliansi tetapi juga tentang saya,” kata Ghosn dalam jumpa pers.
Ghosn mengatakan bahwa sebagian karena ketidakpercayaan yang disebabkan oleh pertikaian 2015, membuatnya ragu tentang masa depan aliansi. (*)
Editor : Edi Faisol