Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Kepolisian Resor Jayawijaya meluruskan informasi tentang adanya “penemuan mayat” yang diantarkan ke RSUD Wamena pada Rabu (30/10/2019) malam. Pasalnya, beredar luas di media sosial kabar, korban atau jenazah yang ditemukan itu merupakan korban penembakan.
Kapolres Jayawijaya, AKBP Tonny Ananda Swadaya mengatakan, penemuan mayat itu karena merupakan korban amuk massa saat kedapatan mencuri sebuah alat ketam kayu elektrik di salah satu warga di seputaran Kantor Balai Taman Lorens, Potikelek, Distrik Hubikiak, Jayawijaya.
“Korban bernama Sarianus Pahabol (22 tahun) kedapatan mencuri di salah satu rumah warga dan kemudian dikejar oleh massa, saksi yang melihat juga banyak,” kata Kapolres saat menggelar jumpa wartawan di Mapolres, Kamis (31/10/2019).
Menurutnya, dari keterangan lima orang saksi yang telah diperiksa kepolisian, disebutkan bahwa korban merupakan pencuri dan bukanlah korban karena tindakan aparat keamanan.
“Ada berhembus di media sosial bahwa orang ini merupakan korban tembak aparat, itu tidak benar karena itu sengaja dihembuskan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab dan ingin mengacaukan situasi di Jayawijaya,” kata Tonny Ananda.
Ia menjelaskan, saat pelaku dikejar massa yang hampir ratusan itu sempat dihentikan oleh seorang anggota Brimob yang saat kejadian berada di sekitar lokasi, lalu mengeluarkan tembakan.
Tembakan yang dimaksud kata Tonny, untuk menghalau massa agar tidak melakukan tindakan yang berlebihan. Itu sebabnya aparat mengeluarkan tembakan sekali ke arah udara, seperti tembakan peringatan.
“Itu hanya tembakan peringatan ke atas udara sebanyak satu kali, dengan tujuan menghentikan aksi massa yang sudah dianggap berlebihan,” katanya.
Setelah pelaku didapat, masyarakat ada yang mengantarkannya ke RSUD Wamena untuk mendapat pertolongan, namun di tengah jalan korban sudah meninggal dunia.
Setibanya di rumah sakit, ditemukan luka di bagian muka dan kaki yang seolah korban diseret di jalan sehingga terluka.
“Tidak ditemukan luka tembak seperti yang beredar di media sosial dan pihak rumah sakit pun telah mengidentifikasi itu semua. Namun ketika hendak dilakukan otopsi, pihak keluarga menolak,” kata Kapolres.
Sementara itu direktur RSUD Wamena, dokter Felly Sahureka yang hadir dalam jumpa pers itu membantah informasi yang menyebutkan pelaku yang dianggap mencuri itu merupakan korban penembakan.
Kabar bohong itu bermula dari salah satu stafnya di rumah sakit. Padahal kata dia, saat menyebarkan gambar korban itu ke grup WhatsApp, stafnya itu hanya bermaksud bertanya. barangkali ada mengenal identitas korban.
“Karena selama ini dalam menyampaikan informasi RSUD Wamena lebih memilih untuk menggunakan pesan grup WhatsApp, dengan tujuan agar siapapun yang ada di dalam group dapat mengenal pasien atau korban meninggal yang dibawa ke RSUD Wamena tanpa identitas,” katanya.
Pasalnya, tambah dia, berkali-kali RSUD Wamena kewalahan dengan penemuan jenazah tanpa identitas dibawa ke rumah sakit, karena sarana pendukung seperti freezer untuk jenazah tidak tersedia, sehingga harus segera ditangani langsung oleh pihak keluarga.
“Memang kami juga mencoba mengumumkan melalui media seperti RRI ketika ada jenazah tanpa identitas seperti ini untuk diumumkan barangkali ada keluarganya yang mendengar, namun hal itu juga sepertinya tidak bermanfaat juga,” katanya. (*)
Editor: Syam Terrajana