Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Humas Satgas Nemangkawi Kombes M. Iqbal Alqudussy mengatakan tidak ada bukti bahwa Oktavianus Rayo dan Yonatan Rande adalah mata-mata aparat keamanan. Keduanya hanya menjalankan tugas sebagai guru dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak Kabupaten Puncak, Papua.
“Siapapun yang punya hati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut. Saya sebagai manusia sangat berduka dan prihatin terhadap keluarga almarhum,” kata Iqbal, dikutip merdeka.com, Minggu (11/4/2021).
Menurut Iqbal, logistik kelompok bersenjata di Papua semakin tergantung pada hasil pemerasan ke warga. Kini mereka juga tidak lagi kebagian dana Otonomi Khusus sejak ada larangan tegas dari Kementerian Dalam Negeri kepada Pemerintah Daerah untuk tidak menyalahgunakan Dana Otsus Papua.
“Mereka ini juga pintar memanfaatkan media. Setelah eksekusi korban. Lalu update ke media sosial sebagai sebuah kebanggaan dengan menggiring informasi seolah-olah tindakan mereka sudah benar untuk mencari dukungan publik,” jelasnya.
Sebelumnya, seorang warga sipil di Beoga mengatakan kepada Jubi bahwa Okatvianus Rayo ditembak oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) karena kerap dijumpai membawa pistol.
Baca Guru di Beoga, Puncak ditembak karena kerap dijumpai membawa pistol
“Benar bapak guru almarhum Oktovianus Rayo ditembak mati. Almarhum adalah guru honorer tapi juga berdagang. Dia juga dicurigai mata-mata aparat keamanan. Sebab beberapa kali masyarakat jumpai dia sedang bawa pistol. Sehingga mereka (TPNPB) menembak mati dia,” kata warga Beoga ini kepada Jubi, Jumat (9/4/2021).
Terpisah, Lekagak Telenggen melalui keterangan tertulisnya kepada Jubi, Minggu (11/4/2021) mengatakan yang ditembak oleh TPNPB adalah seorang guru yang juga anggota TNI.
“Kami pastikan itu setelah kami dapat pakaiannya (Oktavianus). Pangkatnya balok dua. Jadi kami tembak,” kata Lekagak.
Lekagak mengatakan TPNPB lah yang bertanggungjawab atas penembakan tersebut.
Menurutnya, di wilayah-wilayah konflik seperti Intan Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Nduga, Yahukimo dan Pegunungan Bintang, banyak orang yang menjadi mata-mata aparat keamanan serta aparat keamanan yang menyamar sebagai warga sipil dengan pekerjaan sipil atau wiraswasta. (*)