Papua No.1 News Portal | Jubi
Honiara, Jubi – Isu bom dan persenjataan bekas perang yang tidak meledak, atau UXO sebutannya, merupakan peninggalan hina dari Perang Dunia II di Kepulauan Solomon, yang masih dirasakan dampaknya hingga hari ini.
Perdana Menteri negara itu, Manasseh Sogavare, menekankan hal itu pada saat ia meresmikan dukungan paket UXO dari Pemerintah Australia di Kantor Perdana Menteri & Kabinet, Jumat pekan lalu (19/8/2021).
PM Sogavare menerangkan bahwa Kepulauan Solomon, seperti semua negara Kepulauan Pasifik lainnya dimana perang terjadi, masih mengalami kontaminasi berat oleh UXO, baik di darat maupun laut.
“Kami adalah salah satu negara yang terkena dampak terburuk di kawasan Pasifik, dan warisan mengerikan ini terus berdampak buruk pada kehidupan orang-orang hingga hari ini,” katanya.
Sogavare menyampaikan kesedihannya ketika ia mengakui bahwa, dalam beberapa tahun terakhir saja, Kepulauan Solomon terus mengalami korban jiwa.
Awal tahun ini ledakan sebuah UXO merenggut nyawa dua pemuda di Kepulauan Solomon. Sebelum itu, dua WNA yang ditugaskan untuk bekerja memetakan masalah UXO ini juga meninggal dunia.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah melihat ini sebagai ancaman atas kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya yang selalu ada.
“Meskipun kapasitas kami terbatas, kami terus berupaya untuk memberikan pelatihan yang terbaik kepada pasukan kami untuk menyelesaikan warisan dari konflik yang dimulai oleh orang lain,” katanya.
Tim penjinak senjata dan amunisi (Explosive Ordnance Disposal/EOD) Kepolisian Kepulauan Solomon adalah satu-satunya unit khusus yang memiliki mandat untuk menangani UXO.
Menurut Sogavare, meskipun ada keterbatasan dengan sumber daya mereka, tim ini terus berusaha sebaik mungkin dalam melakukan pekerjaannya dalam situasi yang menantang.
Ia menambahkan bahwa sebagai pemerintah, mereka ditugaskan untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan rakyat, dan akan terus menerima dukungan dari manapun yang bermaksud untuk melindungi dan menjaga keselamatan semua orang. (The Islandsun Daily News)
Editor: Kristianto Galuwo