Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ketua Badan Pekerja AM Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt Andrikus Mofu memuji pidato Presiden Joko Widodo dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB. Mofu menilai Presiden telah meyampaikan pandangan yang luar biasa atas berbagai persoalan dunia, termasuk Palestina. Akan tetapi, Mofu menyayangkan Jokowi yang dinilainya terus mengabaikan persoalan Papua.
“[Presiden] tidak bisa mengabaikan peristiwa-peristiwa yang juga terjadi [di Papua] dan merenggut jiwa masyarakat, termasuk juga anggota TNI dan Polri. Itulah sebabnya saya mempertanyakan keseriusan negara untuk menyelesaikan persoalan di Papua,” kata Mofu.
Ia mengaku pesimis tragedi penembakan Pdt Yeremias Zanambani di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September 2020 lalu dapat terungkap. Dari pengalamannya melihat cara pemerintah menangani persoalan Papua, pemerintah terus mengabaikan rekomendasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 2012.
“Ini memberi pertanyaan kepada Presiden selaku kepala negara, dalam tanggung jawabnya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, lebih khusus yang berada di tanah Papua. Saya mengajak pemerintah pusat, melalui Presiden, [untuk] bersungguh-sungguh memberi perhatian [masalah Papua]. Kami berharap ke depan tidak ada lagi jiwa manusia yang menjadi korban sia-sia,” katanya.
Baca juga: Penembakan Pendeta Yeremia, Komnas HAM minta evaluasi penegakan keamanan di Papua
Peristiwa penembakan Pdt. Yeremias Zanambani yang terjadi Sabtu (19/9/2020), menjadi kontroversial setelah dua pihak saling lempar, mengenai siapa pembunuhan Pdt Yeremias Zanambani di Kabupaten Intan Jaya. Untuk itu ia meminta Presiden segera mengevaluasi berbagai kebijakan penanganan masalah Papua, termasuk penembakan pasukan tambahan di Papua.
“Apakah kita sedang kembali dalam sejarah masa lalu yang menempatkan Papua sebagai daerah-daerah operasi militer? Pada akhirnya [penambahan pasukan] tidak pernah menyelesaikan masalah di Papua, tapi menimbulkan masalah-masalah baru,” katanya.
Kematian Pdt Yeremias Zanambani menjadi pukulan beraat bagi Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), khususnya jemaat di Tanah Papua. Hal itu disampaikan Ketua Sinode GKII, Pdt DR Daniel Ronda dalam webinar, Kamis (24/9/2020).
“Kami dari Pengurus Pusat Gereja Kemah Injil Indonesia menyatakan menyayangkan pihak pemerintah yang sampai hari ini belum memberikan komentar apapun atas peristiwa ini. Baik dari Pak Jokowi atau maupun [bawahannya],” kata Ronda.
Ronda berterima kasih karena Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ikut berjuang untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan atas penembakan terhadap Pdt Yeremias Zanambani. “Saya tetap berpendapat, ini dugaan masih sama, tidak berubah pandangan kami. Sampai kami mendapatkan titik terang Investigasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah,” kata Ronda.
Baca juga: PAHAM Papua: Komnas HAM RI harus usut kasus penembakan Pendeta Zanambani
Penembakan yang menyebabkan Pendeta Yeremias Zanambani meninggal terjadi di Distrik Hitadipa pada Sabtu (19/9/2020) sore, sekitar pukul 16.30 WP. Penembakan itu terjadi sesaat setelah Pendeta Yeremias Zanambani selesai memberi makan ternak babinya, dan akan pulang ke rumah.
TNI mengklaim penembakan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata. Akan tetapi, warga dan jaringan gereja setempat menyatakan penembakan itu dilakukan oleh prajurit TNI.
Kasus penembakan itu menjadi sorotan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang telah menyurati Presiden Joko Widodo dan mengadukan kasus itu. Dalam keterangan pers tertulisnya, PGI mengusulkan pembentukan tim investigasi independen untuk mengungkap tuntas kasus penembakan itu, demi menghindari saling tuduh antara TNI dan masyarakat atau jaringan gereja.
Pendeta Yeremias Zanambani adalah seorang tokoh agama senior yang sangat dihormati di Papua, antara lain karena jasa besarnya menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Moni, dan masih menjabat sebagai Ketua Sekolah Teologia Hitadipa. Beliau meninggalkan satu istri dan enam orang anak.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G