Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Armenia dan Azerbaijan kembali bertempur dan saling tuding siapa yang memprovokasi lebih dulu. Hal itu membuktkan kesepakatan gencatan senjata gagal terwujud tak lama setelah disepakati di Moscow pada Sabtu pekan lalu.
Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dari negara-negara tetangga dan organisasi internasional. Mereka khawatir gencatan senjata akan sulit terwujud jika situasi di Nagorno-Karabakh tak kunjung terkendali. Apalagi, baik Armenia dan Azerbaijan sama-sama sudah mengerahkan militernya.
“Ada kekhawatiran di Uni Eropa soal peningkatan aktivitas militer (di Nagorno-Karabakh), termasuk warga yang dijadikan target serangan atau menjadi korban,” ujar Kepala Diplomatik Uni Eropa, Josep Borell, dikutip dari Channel News Asia, Senin, (12/10/2020).
Berita terkait : Turki dinilai pemicu perang Armenia-Azerbaijan
Jurnalis Prancis terluka saat liput perang Armenia-Azerbaijan
Pertempuran di Nagorno-Karabakh meletus saat menjelang mediasi
Borell mendesak baik Armenia maupun Azerbaijan untuk sama-sama menjunjung hasil kesepakatan gencatan senjata. Apalagi, kesepakatan gencatan senjata itu akan menjadi fondasi untuk menciptakan perdamaian di Nagorno-Karabakh.
Desakan serupa datang dari Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov yang memediasi gencatan senjata Armenia dan Azerbaija. Ia meminta kedua negara untuk menghormati hasil keputusan dan patuh terhadap tata cara yang telah ditetapkan.
Per berita ini ditulis, jumlah korban pertempuran di Nagorno Karabakh sudah mencapai ratusan. Angka terbaru, dari kedua pihak, 450 orang meninggal dan ribuan kabur.
Dari pihak Azerbaijan, mereka mengklaim Armenia lebih dulu menyerang. Mereka bahkan mengatakan bahwa sepanjang malam kemarin, Armenia memborbardir kota Ganja yang mengakibatkan 9 orang meninggal dan 33 luka-luka.
Pemerintah di Nagorno-Karabakh dan Armenia jelas membantah tuduhan Azerbaijan. Mereka menyebut klaim Azerbaijan sebagai kebohongan dan balik menyebut Azerbaijan lah yang lebih dulu memborbardir Armenia dengan kendaraang perang serta misil.
“Serangan semalam adalah penghinaan terhadap kesepakatan di Moskow,” ujar jubir Pemerintah Nagorno-Karabakh, Vahram Poghosyan yang menginginkan Nagorno-Karabakh merdeka.
Menteri Luar Negeri Armenia, Zohrab Mnatsakanyan, dikabarkan akan berkunjung ke Moskow hari ini untuk membahas situasi di Nagorno-Karabakh. Di saat bersama, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan sekutu kedua negara untuk tidak memperkeruh keadaan. (*)
Editor : Edi Faisol