Perempuan mantan napi butuh dukungan, bukan stigma buruk

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Jayapura, Jubi – Salah satu aktivis perempuan Papua, Miryam Ambolon mengatakan, kaum perempuan yang pernah menjalani hukuman sebagai narapidana (napi) butuh dukungan saat kembali ke masyarakat, bukan justru mendapat hukuman tambahan dengan stigma buruk dari lingkungan sekitarnya.

Ia mengatakan, stigma buruk dari masyarakat akan selalu melekat pada seseorang yang pernah dinyatakan bersalah. Namun pola pikir itu yang harus diubah, karena orang tersebut sudah cukup menanggung hukuman dari kesalahan yang pernah ia perbuat dalam lembaga pemasyarakatan. Jangan lagi menambah hukuman sosial kepada mereka.

"Pola pikir masyarakat ini yang harus diubah. Masyarakat harus yakin kalau orang itu, sudah berubah. Dia akan lebih menderita setelah keluar dari tahanan dan distigma," kata Miryam Ambolon kepada Jubi, Rabu (15/8/2018).

Selain itu menurutnya, kaum perempuan yang mantan napi perlu dukungan dari keluarga. Keluarga harus terus memotivasi, kalau yang bersangkutan juga bisa seperti perempuan lain. 

"Kita ini manusia, pasti ada salah. Kebetulan saja mereka ini berada di jalan yang keliru. Tapi mereka juga punya hak seperti perempuan lainnya," ucapnya.

Selain itu lanjutnya, meski tak bisa terus berharap pada pemerintah untuk membimbing dan membantu kaum perempuan yang pernah dihukum pidana, pemerintah tetap perlu bekerjasama dengan LSM yang menangani perempuan untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka, dan memberi pembinaan bagaimana agar dapat mandiri.

Sementara Wakil Ketua Komisi V DPR Papua yang membidangi perempuan dan anak, Maria Duwitau mengatakan, memang tak dipungkiri kaum perempuan yang pernah menjadi napi akan didiskreditkan di lingkungannya. 

"Memang selama ini saya lihat belum ada perhatian khusus dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terhadapa kaum perempuan yang seperti itu," ucap Maria Duwitau.

Untuk itu, pihaknya akan mendorong ke dinas terkait agar ada bidang khusus membina kaum perempuan mantan napi, agar bagaimana mereka dapat mandiri setelah keluar dari lapas. 

"Ya bagaimana mengembalikan mental atau kepercayaan diri mereka agar mereka juga dapat diterima di kalangan masyarakat," katanya. (*) 

Related posts

Leave a Reply