Peran media penting untuk memberitakan Peparnas XVI Papua

Workshop jurnalis peliput Peparnas XVI Papua
Suasana workshop jurnalis dan media Peparnas XVI Papua - Jubi/Sudjarwo Husain

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Wakil Ketua II Panitia Besar Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas XVI Papua, Hans Hamadi menyatakan media massa berperan penting dalam meneruskan informasi terkait penyelenggaraan Peparnas. Hal itu dinyatakan Hamadi dalam penutupan lokakarya media dan jurnalis peliput Peparnas XVI Papua yang berlangsung di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (1/7/2021).

“Peran media sangat penting dalam menyajikan informasi terkait Peparnas agar diketahui banyak pihak. Baik [di tingkat] provinsi maupun kabupaten/kota [yang] ikut bertanggung jawab dengan [penyelenggaraan] Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua dan Pepernas XVI Papua,” kata Hamadi.

Read More

Peparnas adalah kompetisi olahraga tingkat nasional yang dikhususkan bagi atlet difabel. Penyelenggaraan Peparnas merupakan kewajiban tuan rumah PON, dan Peparnas XVI Papua 2021 akan berlangsung sesudah penyelenggaran PON XX Papua.

Hamadi menyatakan PON XX Papua dan Peparnas XVI Papua merupakan perhelatan olahraga besar yang harus dipublikasikan secara luas. Ia menyatakan penyelenggaran PON maupun Peparnas di Papua belum tentu berulang dalam waktu dekat.

Baca juga: Peliput Peparnas Papua harus paham 12 cabor yang dipertandingkan

“[Belum tentu] 30 tahun lagi kegiatan itu akan ada di Papua lagi. Menjadi tanggung jawab kita bersama, [untuk memberikan] pelayanan kepada teman-teman kita [atlet difabel]. Kita dapat mendukung kegiatan itu dengan memberikan informasi kepada masyakarat  dengan keberadaan mereka [dan Peparnas XVI Papua],” kata Hamadi.

Salah satu peserta lokakarya jurnalis dan peliputan Peparnas XVI Papua, Renoldy Snell mengatakan lokakarya itu sangat penting bagi jurnalis, karena Peparnas baru pertama kali digelar di Papua. Apalagi, Peparnas adalah kompetisi multi cabang yang dikhususkan bagi atlet difabel.

“[Cabang olahraga dalam] Peparnas itu tidak seperti olahraga yang kami kenal. Peparnas merupakan kegiatan besar yang akan diselenggarakan di Papua, dengan para atletnya yang kaum difabel. Hal itu akan berdampak kepada [cara] peliputan jurnalis,” kata Snell.

Meskipun dalam lokakarya itu para jurnalis telah mempelajari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan dan diperlombakan dalam Peparnas, Snell menyatakan pelatihan peliputan Peparnas harus dilakukan lagi. “Workshop itu perlu dilakukan dua atau tiga kali lagi, karena Peparnas itu sesuatu yang baru bagi kami. Masih banyak materi yang harus kami pelajari,” ujarnya. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply