Pentingnya pohon di bumi, bayangkan jika hutan botak

Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,

Jayapura, Jubi – Hari Pohon Sedunia, diperingati setiap 21 November. Sebenarnya tanggal ini dipilih untuk  menghormati jasa-jasa J. Sterling Morton pada 1872, seorang pecinta alam dari Amerika Serikat. Sejak itu kampanye dan gerakan menanam pohon terus digencar hingga sekarang ini.

“Hari pohon itu mengingatkan manusia akan pentingnya pohon bagi kehidupan makhluk hidup lainnya. Untuk memerangi pemanasan global, mencegah banjir, tanah longsor, tempat hidup fauna (burung) dan membuat iklim mikro yang baik. Jadi usahakan dalam hidup itu bisa tanam pohon. Setiap orang harus memberikann kontribusi,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua Jan Yap L. Ormuseray kepada Jubi melalui telephone genggamnya, Senin, (21/11/2016).

Kata dia  fungsi pohon sangat penting untuk menyerap gas CO2, maupun gas beracun lainnya di udara. Selain itu lanjut dia keberadaan pohon mampu menghasilkan Oksigen atau O2, yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di Bumi.

Jan Yap L. Ormuseray mengingatkan kepada masyarakat agar harus merubah perilaku buruk yang sering menghancurkan hutan dan diminta untuk selalu menanam pohon.

Menurut dia, karena manusia dapat banyak manfaat dari pohon itu. Salah satunya adalah menahan laju air sehingga akan lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah.

“Juga, menjaga kesuburan tanah agar air hujan yang langsung jatuh ke tanah dapat menyebabkan lapisan tanah bagian atas yang berhumus dan subur menjadi tergerus sehingga mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah,” katanya.

Bila permukaan tanah banyak ditanami pohon lanjut dia, saat hujan turun, butir-butir airnya tidak langsung menimpa permukaan tanah, tetapi ditahan oleh daun, ranting, dan batang pohon, sehingga mengurangi gaya gerus air terhadap tanah.

“Kita dapat oksigen, sebagai penyedia air, menghasilkan oksigen dan mengurangi karbondioksida,  lingkungan menjadi nyaman dan mengurangi zat pencemar udara. Kita dapat banyak manfaat. Tapi, kita harus bertanya apa yang kita harus berikan kepada pohon,” katanya.

Lanjut dia semua orang harus menanam pohon dan perilaku yang suka tebang-tebang pohon itu harus kurangi.

“Bila perlu berhenti saja. Kalau kebutuhan yang tidak mendesak jangan tebang-tebang pohon sembarang. Apalagi yang suka melakukan perambahan hutan itu berhenti sudah. Supaya kita sama-sama, bersama Pemerintah Provinsi Papua mewujudkan Papua sebagai paru-paru dunia,”  tuturnya.

Seorang mahasiswa USTJ Jayapura, jurusan Lingkungan, Manfred (23) mengatakan, semua orang tahu bahwa pohon itu pemberi oksigen bagi manusia, namun masih banyak juga yang menebangnya.

“Pohon adalah makhluk hidup yang tidak dapat berjalan tetapi memberikan peran yang sangat penting bagi makhluk hidup yang berjalan. Mari kita lindungi bersama,” ujarnya.

Ia menambahkan, hutan  terakhir di Asia Tenggara berada di Papua. Hutan Tropis di Tanah Papua dengan luas 416.000 km2 yakni sekitar 40.5 juta Ha atau 33,74 persen dari total luas hutan tropis Indonesia (120,35 juta Ha) merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dengan nilai keunikannya yang khas.(Greenpeace Asia Tenggara, 2014)

"Sekitar 81,14  persen luas lahan di Tanah Papua berupa tutupan hutan yang mengandung kekayaan keanekaragaman hayati begitu tinggi. Papua menjadi penyumbang utama keanekaragaman hayati Indonesia baik dalam tingkat keragamanannya maupun keendemikanya. Diperkirakan 602 jenis burung (52  persen jenis endemik), 223 jenis mamalia  (58 persen jenis endemik), 223 jenis reptil (35 persen jenis endemik) dan 1030 jenis tumbuhan (55 persen jenis endemik) hidup dibelantara Papua," lanjutnya.

Namun keadaannya sangat terancam oleh penggundulan hutan, pertambangan dan perkebunan. Sementara 80 persen dari populasi masyarakat Papua masih tergantung sepenuhnya dari hutan dan sebagian masyarakat masih hidup sebagai pemburu dan peramu. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka banyak kehilangan tanah tradisionalnya. Hilangnya hutan punya dampak yang kuat pada masyarakat, karena hilangnya hutan menghancurkan mata pencaharian mereka. Lahan berburu hilang, sungai yang mengering, sehingga mereka hampir tidak mendapatkan ikan, dan dengan demikian masyarakat semakin miskin. (*)

Related posts

Leave a Reply