Dialek Jakarta dinilai tanpa mengakomodasi budaya atau bahasa lain.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyoroti penggunaan dialek Jakarta dalam program hiburan di televisi (TV) dan radio yang selama ini agar dianggap kekinian. Dialek Jakarta dinilai tanpa mengakomodasi budaya atau bahasa lain.
“TV dan radio menggunakan gaya penuturan ‘lo-gue’, seolah tanpa itu maka dianggap kurang kekinian dan kurang metropolis,” kata Wakil Ketua KPI, Mulyo Hadi Purnomo, dalam Forum Diskusi Media Massa, (25/10/2019).
Baca juga : Penyuluhan bahasa Indonesia bagi jurnalis harus sering dilakukan
MRP digandeng Universitas Cenderawasih untuk dorong perdasus bahasa daerah
Kampung adat harus jaga bahasa ibu
Mulyo mengatakan saat ini banyak presenter program televisi menyuarakan “Jakarta style” dan kurang mengakomodasi budaya atau bahasa lain. Padahal, ada banyak budaya yang bisa dilihat dari keragaman dialek.
“Dalam kaitan dengan program berita, KPI juga masih melihat penggunaan diksi yang berkonotasi bombastis,” kata Hadi menambahkan.
Sedangkan pada program variety show, kata-kata yang berasosiasi dengan kecabulan juga terkadang muncul. Kondisi itu membuat KPI mengimbau lembaga penyiaran baik radio ataupun televisi untuk memperbaiki beberapa hal yang menjadi catatan KPI tersebut.
Ia juga mengimbau dalam sebuah demonstrasi, reportase lapangan sebaiknya tidak terlalu bombastis dengan memilih diksi yang netral dan akurat sesuai dengan fakta yang ada.
“Tidak terlalu bombastis. Misalnya kata penganiayaan bisa diganti kekerasan. Kemudian penggunaan kata mencekam, sementara aksi pengurasakan terjadi tanpa ancaman terhadap nyawa orang,” katanya.
Purnomo berharap kepada lembaga penyiaran untuk tidak menggeneralisasi fakta seolah terjadi secara luas. (*)
Editor : Edi Faisol