Penentang junta Myanmar temukan lebih 30 jasad korban serangan biadab

jenazah ilustrasi, papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Naypyidaw, Jubi – Milisi Myanmar mengatakan telah mengubur jasad lebih dari 30 orang yang tewas dalam serangan di dekat Desa Mo So, Negara Bagian Kayah. Aktivis oposisi menyalahkan tentara Myanmar atas serangan yang terjadi pada 24 Desember lalu, yang juga menewaskan dua anggota kelompok bantuan Save the Children.

Read More

“Kami mengubur setiap mayat yang kami temukan di tempat kejadian,” kata seorang komandan Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF), salah satu pasukan sipil terbesar yang dibentuk untuk menentang kudeta militer Myanmar.

Foto-foto yang diunggah media daring menunjukkan anggota KNDF mengubur jenazah di kuburan yang dilapisi dengan balok beton. Bunga-bunga bertaburan di atas mayat-mayat dan lilin dinyalakan di samping kuburan.

Komandan, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan meskipun sulit untuk mengidentifikasi mayat yang dikuburkan pada Rabu (29/12/2021), dia yakin mereka termasuk staf Save the Children.

Baca juga : LSM Myanmar kritik latihan militer junta antara Indonesia ASEAN
UNDP sebut setengah warga Myanmar bisa jatuh dalam kemiskinan pada tahun depan
Militer Myanmar tangkap mantan anggota parlemen dengan tuduhan merencanakan serangan

Seorang juru bicara Save the Children menolak berkomentar, tetapi kelompok itu sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa dua pekerjanya, yang keduanya merupakan ayah muda, tewas dalam serangan itu.

Komunitas internasional menyatakan keterkejutannya atas serangan yang disebut “biadab” oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar. Dalam sebuah pernyataan pers yang diterbitkan pada Rabu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan anggotanya mengutuk pembunuhan yang dilaporkan terhadap sedikitnya 35 orang, termasuk empat anak dan dua staf Save the Children.

Dewan Keamanan menekankan perlunya memastikan akuntabilitas atas tindakan tersebut dan “menyerukan penghentian segera semua kekerasan dan menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memastikan keselamatan warga sipil.”

Seorang juru bicara junta belum mengomentari serangan tersebut tetapi media pemerintah di Myanmar yang dikelola militer sebelumnya melaporkan bahwa tentara telah menembak dan membunuh sejumlah “teroris dengan senjata” di desa itu.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin pemenang Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi.

Beberapa penentang militer telah mengangkat senjata, terkadang bergabung dengan gerilyawan etnis minoritas yang telah bertahun-tahun memerangi pemerintah untuk penentuan nasib sendiri di berbagai bagian Myanmar, termasuk Negara Bagian Kayah di timur.

Sejak kudeta, lebih dari 1.300 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan dan lebih dari 11.000 orang dipenjara, menurut hitungan oleh kelompok hak asasi manusia Asosiasi untuk Bantuan Tahanan Politik. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply