Terjadi di negara yang memang melegalkan kepemilikan senjata api maupun di negara yang tidak, bahkan hingga di negara yang dikenal sebagai tempat yang damai dan tenteram sekalipun.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Penembakan massal tampaknya masih menjadi teror sejumlah negara di sepanjang 2019. Hal itu terjadi di negara yang memang melegalkan kepemilikan senjata api maupun di negara yang tidak, bahkan hingga di negara yang dikenal sebagai tempat yang damai dan tenteram sekalipun.
Tak sedikit nyawa yang melayang sia-sia akibat perbuatan keji para pelaku penembakan massal. Entah apa yang merasuki benak para pelaku hingga mereka mampu mengeksekusi rencana sadis yang berujung pada kesedihan mendalam atas kepergian orang-orang tersayang.
Catatan Gun Violence Archive (GVA), suatu kelompok yang melacak penembakan massal di Amerika Serikat, menunjukan jumlah penembakan massal yang terjadi di seluruh penjuru Amerika Serikat mencapai 385 kasus dan menyebabkan 35.942 orang tewas dan mengakibatkan 27.059 korban luka.
Baca juga : Penembakan pangkalan militer AS, Raja Salman keluarkan perintah penyelidikan
Penembakan di depan SD Washington diduga kasus KDRT
Penembakan di Washington DC menelan korban
GVA mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden, di mana sedikitnya empat orang ditembak, tidak termasuk penembak. Sementara itu, Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengartikan penembakan massal sebagai peristiwa di mana pelaku penembakan menewaskan empat orang atau lebih dengan cara membabi buta.
Sedangkan catatan kantor berita berikut aksi brutal penembakan massal juga terjadi di beberapa negara di dunia sepanjang tahun 2019. Di antaranya Christchurch, Selandia Baru yang mengundang banyak kecaman dari berbagai pihak.
Brenton Tarrant, pria yang berasal dari Australia menjadi pelaku penembakan massal di Selandia Baru pafda pertengahan Maret 2019.
Sedangkan di Virginia Beach, Amerika Serikat penembakan massal diilakukan seorang insinyur kota yang merasa tidak puas. Ia menembaki rekan kerjanya sendiri di gedung pemerintah di Virginia pada Jumat sore 31 Mei 2019. Akibatnya, sebanyak 12 orang tewas dan empat orang lainnya cedera.
Penembakan massal di tempat wisata pantai Virginia Beach tersebut merupakan salah satu peristiwa yang paling mematikan, yang melibatkan penggunaan senjata api di AS sejak November 2018. (*)
Editor : Edi Faisol